Barangkali dari sebagian pembaca sudah familiar dengan komponen elektronik yang bernama transistor. Komponen ini merupakan penyusun inti dari prosesor komputer, yang berjumlah milyaran buah, yang bekerja selayaknya saklar, mengalirkan dan memutus arus listrik. Tidak hanya itu, komponen elektronik ini digunakan pada perangkat-perangkat elektronik lainnya seperti amplifier, ponsel, dan banyak lagi.Â
Sejarah Transistor
Sejarah ini dimulai pada tahun 1947, tepatnya di Laboratorium Bell (Bell Laboratory), Murray Hill, New Jersey. Tiga peneliti yang menemukan efek transistor adalah John Bardeen, Walter Brattain and William Shockley dan kemudian mengembangkan penemuannya menjadi sebuah peranti elektronik di akhir tahun tersebut.
Mulanya, Bardeen dan Brattain hendak membuat sebuah penguat (amplifier) yang terbuat dari bahan silikon, namun setelah beberapa kali uji coba akhirnya menggunakan bahan semikonduktor germanium dan logam emas. Konstruksinya, lihat Gambar 1, adalah dua batang logam emas runcing yang terpisah oleh bahan isolasi berbentuk baji dengan ketebalan beberapa ribu inci dan diletakkan di atas permukaan germanium yang telah dideposisi pada logam emas. Percobaan ini membuahkan hasil ketika emas terjadi kontak dengan germanium, arus yang mengalir pada kolektor (collector) diperkuat.Â
Penemuan ini menjadi tonggak lahirnya komponen elektronik transistor. Pada tahun 1950, William Shockley memfabrikasi ulang menjadi konstruk yang kini dikenal sebagai Bipolar Junction Transistor (BJT), lihat Gambar 2, dan membawa proyek ini ke arah komersial dan masif. Setelah itu, transistor mengalami perkembangan yang begitu pesat, khususnya dalam proyek pengembangan alat-alat elektronik. Sejauh ini, transistor diklasifikasikan ke dalam dua tipe mayor, yakni BJT dan Field Effect Transistor (FET).
Cara Kerja Transistor
Pertama, tipe BJT secara ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 2 di mana secara mendasar jenis ini merupakan piranti pengendali arus. Ketika sejumlah kecil arus mengalir pada base, maka arus ini akan menyebabkan aliran arus yang besar dari emitter ke collector. Tipe ini memiliki impedansi yang rendah sehingga mampu mengalirkan arus yang besar walaupun dengan input yang rendah.Â
Kedua, tipe FET secara ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 3 di mana secara mendasar mengendalikan aliran arus dari source (S) ke drain (D) dengan mengaplikasikan tegangan pada gate (G). Perubahan kecil tegangan masukkan pada G akan menyebabkan perubahan aliran arus dari S ke D dan keluaran arus listrik pada D sebanding dengan tegangan yang diaplikasikan pada G.