Mohon tunggu...
Ferdinand Dino
Ferdinand Dino Mohon Tunggu... -

a constant traveler ...\r\nwww.truesmiledentalclinic.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Behel Gigi "Murah Meriah" di Tukang Gigi, Benarkah?

25 Oktober 2011   07:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:32 1502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_143877" align="alignnone" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Saya adalah praktisi kedokteran gigi yang berpraktik swasta di bilangan Jakarta Barat.  Saya tergelitik untuk menuangkan sekilas sudut pandang saya mengenai maraknya praktik pelayanan kesehatan gigi, khususnya pemasangan alat orthodonti (disiplin ilmu tentang bagaimana merapikan susunan gigi geligi), yang belakangan ini banyak sekali dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki kompetensi profesional kedokteran gigi (baca : tukang gigi) kepada masyarakat. Kita semua tentu mahfum bahwa para "tukang gigi" yang belakangan menjamur memberikan pelayanannya kepada masyarakat (dari yang membuka praktik di satu tempat sampai yang menjajakan jasanya dari pintu ke pintu) tentu memiliki "kelebihan" dibandingkan para profesional kedokteran gigi di dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi sehingga mereka bisa bertahan.  Kelebihan itu tidak lain adalah faktor biaya ekonomis yang "lebih murah".  Ya, masyarakat tidak perlu merogoh koceknya terlalu dalam jika mereka berobat ke tukang gigi dibandingkan jika mereka berobat ke dokter gigi. Pertanyaan yang perlu kita jawab bersama kemudian adalah; apakah "murah" itu hanya dinilai semata dari segi ekonomis?  Dalam hal pelayanan kesehatan gigi, saya pikir ada 2 macam "biaya" yang harus kita pertimbangkan sebelum kita memutuskan untuk memilih dimana kita akan merawat gigi kita.  Yang pertama adalah biaya ekonomis; yaitu jumlah uang yang harus kita keluarkan untuk mendapatkan pelayanan jasa tertentu.  Yang kedua adalah biaya biologis; yaitu konsekwensi apa yang akan diterima oleh tubuh kita setelah kita menerima pelayanan jasa tertentu tersebut. Dari sekian tahun pengalaman saya berpraktik, saya kerapkali menerima pasien yang sebelumnya menerima perawatan dari para "tukang gigi".  Dari observasi saya pada hasil kerja para tukang gigi tersebut, hasil pekerjaan mereka pada mulut pasien dapat dikatakan berkisar dari "tidak memberikan manfaat apa-apa" sampai malah "memperburuk keadaan dibandingkan keadaan sebelumnya". Merujuk pada pengalaman tersebut,saya berani berpendapat bahwa sesungguhnya pelayanan kesehatan gigi yang dilakukan oleh mereka yang tidak kompeten sesungguhnya tidak murah meriah sama sekali.  Bahkan pada keadaan tertentu bisa dikategorikan "mahal".  Kenapa? Karena sesungguhnya kita tidak memperoleh manfaat dari nilai ekonomis yang kita keluarkan.  Bahkan seringkali kita malah memperoleh mudarat dari pelayanan para tukang gigi tersebut. Sampai disini, jika pun seandainya anda setuju dengan argumentasi yang saya ajukan, anda mungkin akan bertanya, "Bagaimana dengan mereka yang kurang memiliki kekuatan ekonomi memadai namun menginginkan pelayanan kesehatan gigi tertentu ?" Saya akan mencoba menjawabnya dengan ilustrasi kisah yang saya alami sendiri.  Suatu malam saya kedatangan sepasang suami istri dengan anak perempuannya yang berusia belasan tahun di tempat praktik saya.  Sang ayah mengutarakan niat bahwa mereka datang untuk merapikan susunan gigi geligi anak perempuannya yang memang tidak rapi.  Saya kemudian menjelaskan prosedur dan prinsip-prinsip perawatan ortodonti kepada keluarga kecil itu sehingga mereka memahami "jalan" yang akan mereka lalui jika nantinya memang jadi melakukan perawatan tersebut.  Sampai di sini semua lancar-lancar saja.  Sampai kemudian ketika saya menjelaskan mengenai biaya (ekonomis) yang harus dikeluarkan untuk menjalani perawatan tersebut, air muka si ayah berubah.  Intinya mereka merasa bahwa biaya tersebut terlalu mahal.  Referensi mereka adalah bahwa di tukang gigi "A" biayanya hanya "sekian".  Mendengar penuturan sang ayah, saya menjelaskan bahwa prosedur perawatan ortodonti jika dilakukan dengan benar oleh mereka yang profesional tidak mungkin bisa sama dengan biaya yang dibandrol oleh para tukang gigi tersebut.  Solusi yang saya berikan adalah; "Perawatan meratakan gigi bukanlah pelayanan kesehatan primer yang mengancam jiwa atau kesehatan secara langsung.  Singkatnya perawatan semacam ini tidak bersifat "segera" untuk dijalani.  Memang susunan gigi geligi yang tidak rapi berpotensi meningkatkan resiko gigi berlubang karena mempersulit pembersihan gigi, namun peningkatan resiko itu bisa dikompensasi dengan pembersihan gigi yang lebih teliti dan teratur sehingga gigi berlubang bisa dicegah.  Daripada anda mencari pelayanan merapikan gigi yang "asal-asalan" hanya untuk mencari harga yang murah, lebih baik menunda, siapa tahu di kemudian hari sang anak perempuan memiliki kemampuan finansial yang memadai untuk melakukan perawatan kawat gigi dari mereka yang profesional, barulah anda melakukan perawatan tersebut.  Sementara mengusahakan saat itu datang, yang jauh lebih penting adalah mengusahakan bagaimana anak perempuan Anda memiliki kebiasaan menjaga giginya tetap sehat.  Memaksakan diri untuk melakukan perawatan gigi di tempat yang kelihatan "murah meriah" seringkali berujung mahal karena akhirnya anda hanya membuang uang tanpa memperoleh manfaat yang setimpal." Demikian jawaban saya kepada keluarga kecil yang saat itu datang meminta saran profesional saya.  Saya harap jawaban itu bisa menjawab pertanyaan pembaca sekalian juga. Saya menyadari, bahwa mayoritas pencari jasa untuk merapikan kawat gigi seringkali lebih membutuhkan perbaikan estetika (kecantikan) dibandingkan kesehatan.  Pertimbangan ini pula yang membuat para pencari jasa tersebut meremehkan pentingnya kompetensi penyedia jasa untuk memenuhi kebutuhan mereka.  Namun perlu saya jelaskan di sini bahwa keadaan gigi geligi yang "cantik" (rapi dan cemerlang) hanyalah merupakan akibat dari gigi geligi yang "sehat" (bebas infeksi dan terletak di tempat yang semestinya).  Jadi apapun motivasi anda mencari jasa perawatan gigi, carilah ke tenaga penyedia jasa yang profesional (dokter gigi). Motivasi saya membuat tulisan ini bukanlah untuk mendiskreditkan kelompok tertentu, melainkan untuk membuka mata masyarakat (yang dalam hal ini adalah pengguna jasa) yang seringkali menjadi korban karena ketidaktahuan akan produk jasa yang akan dibelinya. Hal terpenting yang harus saya sampaikan di akhir tulisan saya adalah, kerugian finansial yang anda alami karena salah membeli produk (jasa pelayanan kesehatan gigi) mungkin bisa dikembalikan di kemudian hari, namun kerugian biologis (kerusakan pada tubuh anda) yang telah terjadi seringkali sulit atau tidak bisa untuk diperbaiki lagi jika sudah terjadi. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun