Mohon tunggu...
Diyanida Mega
Diyanida Mega Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang mahasiswi yang sedang mengejar mimpi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gaji Bukanlah Segalanya

8 November 2014   02:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:21 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Membanding – bandingkan persoalan gaji memang sering diperbincangkan. Sering banget temen – temen kita suka ngebandingin gaji mereka kek ataupun orang tua mereka. Ya mungkin itu boleh – boleh aja selama gak sampai menyinggung hati orang lain. Tetapi nyesek banget kan kalo pas kita ngomongin gaji eh gaji kita ternyata yang paling kecil. Dan merdeka banget rasanya kalo ada yang gajinya lebih rendah daripada kita.

Tapi kadang kita lupa kalo gaji itu hanya sebagian kecil dari pekerjaan kita. Ada yang banyak hal yang harusnya kita patut sadari dan perhitungkan agar kita dapat lebih bersyukur.

Petugas Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan menemukan fakta mengejutkan. Dalam sehari seorang pengemis di Jakarta bisa mengantongi uang sekitar Rp. 750.000 – Rp. 1.000.000. Mari kita hitung pendapatan mereka: Misal satu hari Rp. 1.000.000 x 30 hari = Rp. 30.000.000 per bulan. Tapi apakah seorang PNS yang notabene gajinya lebih rendah dari seorang pengemis harus merasa malu? Mari kita berpikir sebelum menjudge hal tersebut.

1. 1. Pengalaman dan ilmu
Banyak orang tidak menghitung dua hal ini ketika mereka bekerja. Pengalaman bekerja tentu berbeda-beda di tiap bidang pekerjaan. Pengalaman tidak akan bisa dibandingkan hanya dengan materi.
Misalnya seorang yang bekerja dalam bidang media massa. Sehari-hari ia ditugaskan untuk mewawancarai banyak tokoh besar dan tak jarang ia mewawancarai kepala daerah. Hampir setengah dari seluruh gubernur di Indonesia pernah ia wawancarai tatap muka langsung. Ia mengeluh karena temannya yang bekerja di bidang migas begaji dua kali lipat darinya. Memang jelas sekali perbedaan gajinya. Tapi bagi saya dua-duanya sama-sama saja. Begini, gaji 4 juta tentu berbeda jauh dengan 8 juta. Tapi pengalaman bertemu dengan hampir seluruh gubernur di Indonesia adalah pengalaman yang mahal sekali. Tak banyak macam orang mau ditemui oleh gubernur. Apalagi, ketika wawancara dengan gubernur dijalani, betapa banyak ilmu dan pengalaman dari mereka yang bisa dipelajari. Betapa mahal pengalamannya bukan?

Sementara teman yang bekerja di bidang migas, mereka bekerja di site-site migas yang jauh dari pusat kota. Yang mereka tiap hari lakukan adalah bekerja di site migas, dari pagi hingga sore, lalu pulang. Besoknya kembali begitu berulang-ulang. Gajinya memang 2 kali dari yang bekerja di bidang media, tapi pengalaman yang diterima juga berbeda.

2. Jejaring
Network yang kita dapat semasa bekerja seringkali kita lupakan. Kita bisa kenal orang ini itu bukanlah hal yang murah dan mudah di dapatkan. Gaji sebagai pekerja media mungkin tidak banyak. Tapi bisa kenal gubernur, bahkan mungkin kenal menteri, itu sesuatu yang mahal sekali.

Yang bekerja di perkebunan atau tambang memang bergaji besar. Itu selalu membuat yang bekerja di bidang lain iri. Tapi apa mereka punya kesempatan untuk pergi melihat dan berdiskusi dengan berbagai macam orang dari berbagai latar belakang?
Makin banyak jejaring, kalau bisa dimanfaatkan dan dioptimalkan, akan memberi banyak manfaat. Pertama ilmu yang banyak, kedua lebih banyak pertolongan jika diperlukan.

3. Kebahagiaan
Ini hal yang susah-susah-mudah, tergantung sekali dengan pilihan. Artinya, kita yang bergaji kecil bisa sama bahagianya dengan mereka yang begaji besar. Tapi juga, kita bisa merasa nelangsa, atau juga bisa jauh lebih bahagia dibanding yang bergaji lebih besar.

Kata seorang bijak, kebahagiaan itu cuma urusan klik saja. Kita mau bahagia, klik saja tombol bahagia di dalam diri kita. Kita mau galau, matikan tombol kebahagiaan di dalam diri kita. Semudah itu saja.

Ketika kita bahagia, semua urusan terasa mudah dan ada saja solusinya. Kita bergaji 120 juta rupiah per bulan tapi selalu dirundung masalah dan frustasi tentu tak ada nikmat-nikmatnya. Tapi kita yang bergaji, katakanlah, 1.5 juta perbulan tapi bahagia, mau apa lagi?


Tentu setiap pekerjaan punya beban masing-masing. Kebutuhan orang juga berbeda-beda. Penilaian ini semuanya relatif. Kuantifikasi setiap peristiwa dan pengalaman juga bisa berbeda-beda. Pada intinya, jumlah gaji bukanlah segala-galanya. Masih banyak hal yang bisa kita nikmati tanpa angka nominal gaji.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun