Mohon tunggu...
Adinda Ajeng
Adinda Ajeng Mohon Tunggu... -

BRAVE GIRL. \r\nSaya mahasiswi yang baru saja menamatkan jenjang pendidikan sarjana strata 1 nya di jurusan arsitektur. \r\nMemilih menekuni dunia arsitektur karena mimpi masa kecil yang juga mimpi orang tua saya. \r\nGemar membaca walau kadang memicu kantuk. Lalu mencoba menulis untuk berbagi. Berbagi rasa, berbagi ide, berbagi suka-duka.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

secuil cerita Ayang, mereka memanggilnya "Gadis Bodoh"

12 Oktober 2010   12:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:29 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

bosan ratapi hubungan yang tak tentu,
ayang mengambil sebuah langkah
ia kucilkan perih yang mengganjal hati,
dengan senyum lalu merayu
kekasih pujaan hatinya sangat dingin
bukan hanya sulit,
tapi bahkan enggan dirayu
namun ayang tak pernah hilang akal,
ada saja jurus mautnya

senja itu awan redup,
rupanya sisa badai tadi siang masih kental
kaca mobil mereka berselimut rintik hujan malu-malu
'kings of convenience' mengiringi kebisuan dua muda-mudi kala itu
ooh rupanya kekasih memuja grup asal Norwegia itu
dan tak pernah tau kalau ayang jg mengaguminya..

lucu
ayang pun tersenyum dalam hati,
dalam kebisuannya..
kikuk
entah apa nama situasi kala itu
sepasang kekasih dalam sebuah perjalanan senja,
ditemani gerimis dan KOC,
namun bisu
retina keduanya tak jua beradu
yang satu tajam menatap lurus ke depan,
mungkin jalanan senja begitu menarik untuk disimak
sedang yg satu sendu..
tatapannya labil,
berpindah dari sudut ke sudut,
seperti mencari ruang di sudut lain yg dinanti
walau itu tak terjadi

aneh
ayang gemar sekali memutar otaknya yg penuh tanda tanya
tapi senja itu, benar-benar mati kutu
tak satu celah pun ditemukannya untuk memulai kata
biarlah
ayang lalu melemah
efek kehabisan ide membuatnya sedikit galau

kencan!
ya benar..
orang-orang biasa menyebutnya begitu,
walau ayang tak pernah sepakat
karna memang tak pernah serupa dengan yang itu
sepasang kekasih ini selalu jauh dari istilah konvensional
mereka ini unik
lebih tepatnya ajaib

setibanya di ruang publik
kekasih mulai menyapa
sapaan singkat,
ala kadarnya.
nice!
secuil saja sudah membuat ayang berbunga
sinting memang
keduanya lalu mencari kesenangan duniawi
isi perut!
itu yg pertama terlintas saat menyenggol istilah duniawi
santapan khas eropa yang ramah di lidah,
mulai menghangatkan suasana
bukan gemar,
ayang hanya memilihnya untuk kekasih
sang pujaan sungguh selektif
riuh sedikit, neraka baginya..
mungkin tempat yg dipilih bisa sedikit meredam kekasih

10menit,
30menit,
sepertinya 1 jam pun berlalu..
mulus!
setidaknya ayang berhasil menjaga mood keduanya
tak ada embel-embel amarah kali ini

rencana lanjutan petaka
suasana riang menghambur memudar..
skip.
kekasih memutuskan usai
cukup sekian acara kita senja ini,
begitu ucapnya
ayang pun tersenyum,
walau agak miris

bisu.
oh tuhan... dua sejoli ini sungguh gila
keduanya kembali bisu,
di sela malam dan ramainya lampu kota
kali ini ayang yang tak berkutik
tatapannya tak lagi labil,
kini terpatri lurus ke depan
sesungguhnya tatapan itu nanar
entah apa dikepalanya
mungkin hampa
atau bahkan tak ada ungkapan yg tepat menjelaskan
usaha sudah maksimal pikirnya
Yang Maha Tau lah yang mengatur
ayang tak lagi ambil pusing

tersentak,
ayang merasa sesuatu yang dingin menghampiri
dilihatnya tangan kekasih menggenggam lembut jemari
berkecamuk
antara heran dan senang
tanpa erangan,
ayang balas memeluk jemari kekasih..
apapun di benak sang pujaan hati,
ayang tak peduli lagi
di hatinya kembali tumbuh harapan
wajahnya sumringah
sang pujaan dalam diam kembali merebut hati

seperti biasa ayang mudah diluluhkan
bukan dengan sembarang
hanya dengan sang pujaan
walau ia tau pujaan hatinya punya dunia sendiri
dunia yg tak pernah ada ayang di dalamnya
dunia yg ayang pun tak juga ingin tau
dunia yg berulang kali membuat ayang kecewa
tapi itulah ayang
ya
dengan segala keluguannya,
keacuhannya,
terhadap dunia..
terhadap kenyataan..
terhadap hati kecilnya..
ayang yang sering menyebut dirinya tegar
tapi mereka memanggilnya gadis bodoh.

*secuil cerita ayang
kini jadi bahan tawa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun