Mohon tunggu...
Farizky Aryapradana
Farizky Aryapradana Mohon Tunggu... Freelancer - D.Y.N.A.M.I.N.D

Just follow the flow of my mind.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mahathir dan Gaya Ofensifnya yang Tak Berubah

3 September 2020   17:30 Diperbarui: 3 September 2020   17:29 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
REUTERS/Lim Huey Teng

Mahathir Mohamad (95), kini tampaknya menjadi politisi dengan usia tertua di dunia. Setelah mengundurkan diri dari jabatan Perdana Menteri pada awal tahun 2020, Mahathir masih terus aktif berkecimpung di dunia politik. Pemecatan dirinya dari Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu), tidak membuat Mahathir "mati gaya". Mahathir kini sedang gencar mengampanyekan sebuah partai baru yang diberi nama sebagai Partai Pejuang Tanah Air (Pejuang).

Tak hanya itu, gaya politiknya juga tidak berubah. Sejak berpolitik di usianya yang ke - 17, Mahathir dikenal sebagai seorang politisi yang selalu blak - blakan dalam membuat pernyataan. Dia selalu menggunakan diksi - diksi yang sangat tajam dan tanpa tedeng aling - aling. Hal itu dia lakukan tidak hanya terhadap musuh - musuh politiknya, tetapi juga kadang ditembakan kepada rekan - rekannya. Bahkan seiring usianya yang hampir menyentuh satu abad. Mahathir masih menjelma sebagai sosok politisi yang kerap mengeluarkan serangan - serangan.

Sejak keruntuhan pemerintahan Pakatan Harapan (PH), ternyata tidak membuat Mahathir untuk berhenti mengeluarkan pernyataan agresif. Lihat saja, pada periode awal Maret 2020. Mahathir tak segan - segan menunjuk Anwar Ibrahim sebagai biang kegaduhan yang tak berkesudahan di koalisi. Menurutnya, Anwar merupakan sosok yang "gila kuasa" sehingga tidak mampu untuk bersabar melanjutkan tampuk kepemimpinan. 

Memang, kesepakatan yang dibuat di dalam koalisi PH ialah, Mahathir akan menjabat selama dua tahun sebelum diberikan kepada Anwar. Anwar sendiri sebenarnya menolak untuk memegang jabatan di kabinet Mahathir, meskipun dia ditawari untuk ikut serta. Dan jangan lupa, tumbangnya PH justru diakibatkan pembelotan secara mendadak oleh beberapa komplotan yang dulu menyanjung Mahathir sebagai pemimpin.

Tak hanya itu, Mahathir juga akhirnya menunjukan sikap aslinya terang - terangan. Ia secara terbuka mengakui bahwa, Anwar bukanlah pilihan yang tepat untuk memimpin Malaysia ke depan. Baginya, Anwar tak punya kebolehan untuk menggaet suara - suara pemilih Konservatif Melayu. Latar belakang kepartaian Anwar yang liberal, dianggap akan dijadikan sasaran tembak dari kelompok kanan. 

Hal itulah yang kemudian membuat, PH gagal untuk menemukan konsensus dalam menentukan calon perdana menteri. Padahal, selisih kursi antara oposisi dan pemerintah di parlemen hanya berjarak 2 angka. Sesuatu yang sebetulnya bagi oposisi sangat mudah untuk menggulingkan pemerintahan yang sah.

Kalau dengan lawan, jangan ditanya lagi bagaimana agresifnya seorang Mahathir. Dia tak segan - segan untuk melabel Perdana Menteri Muhyiddin Yassin, mengamalkan pemerintahan dengan dasar "kleptokrasi". Menurutnya, sokongan yang diberikan kepada Muhyiddin didasarkan atas dasar bagi - bagi harta dan kedudukan. Lihat saja bagaimana kursi - kursi di perusahaan milik negara, diobral begitu saja untuk diisi oleh para politisi. 

Beberapa anggota legislatif pada tingkat lokal juga menurutnya disogok untuk lompat partai. Tak hanya itu, Mahathir juga menuduh Muhyiddin melindungi beberapa tokoh yang dianggap melakukan korupsi. Salah satu tokoh yang dimaksud adalah Najib Razak.

Mahathir juga terus membombardir bekas PM Malaysia sebelum dia, Najib Razak. Menurutnya, sebab penggulingan koalisi PH pada awal Maret lalu juga diotaki oleh Najib. Hal itu dikarenakan Najib sedang menjalani proses penyidikan oleh pihak yudikatif Malaysia. Menurutnya, Jika koalisi PH masih memerintah, kecil kemungkinan bagi Najib untuk bebas dari segala tuduhan. Najib sendiri sering menanggapi peluru yang dilepaskan oleh Mahathir di media sosial. Meskipun pada akhirnya, dia divonis bersalah juga oleh Pengadilan Federal Malaysia.

Tapi, terlepas dari sikapnya, Mahathir tetaplah Mahathir. Sudah empat Perdana Menteri yang berhasil ia lengserkan selama karir politiknya. Usia 95 tahun, memang tak akan mengubah gaya berpolitiknya. Dia siap untuk terus melontarkan anak - anak panah kepada siapa saja. Hingga terakhir, bekas murid kesayangannya Syed Saddiq Abdul Rahman, juga ikut terkena gaya agresif dan ofensif dari Mahathir. Partai berbasis anak muda yang sedang digodok Syed Saddiq, menurutnya tidak akan laku dalam kancah politik Malaysia. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun