84.53%. Itulah angka kemenangan yang diraih koalisi Barisan Nasional (BN), dalam Pilihan Raya Kecil (PRK) di distrik Slim (seperti daerah pemilihan), untuk mengisi kursi Dewan Undangan Negeri (seperti DPRD di sini) Perak (29/8). Â Kemenangan BN ini memperpanjang tradisi kursi DUN Slim yang selalu diisi oleh kader dari partai pentolan koalisi BN, Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO).
PRK Slim sendiri, dilaksanakan untuk mengisi kursi yang ditinggalkan oleh Khusairi Abdul Thalib yang meninggal dunia pada 15 Juli tahun ini. Sesuai dengan peraturan di sana, Suruhanjaya Pilihan Raya (SPR) (seperti Komisi Pemilihan Umum di sini) harus mempertandingkan kembali perebutan kursi yang ditinggalkan. Hal itu yang membuat, PRK Slim harus tetap diadakan meski masih di tengah pandemi.
Namanya juga PRK, otomatis akan mempertemukan pihak - pihak yang ingin memperebutkan kursi DUN tersebut. Sudah dapat ditebak, pasti terjadi pembelahan koalisi politik dari kedua sisi di politik negeri jiran. Baik dari sisi pemerintah maupun oposisi, mereka sama - sama ingin bertanding untuk memenangkan kursi dari DUN Perak tersebut.
Dari sisi oposisi, koalisi oposisi terbesar di Malaysia yaitu Pakatan Harapan (PH), memutuskan tidak mengirimkan calon. Mereka memberikan kesempatan bagi kelompok pecatan dari Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) yang dikomandani oleh Mahathir Mohamad.Â
Hal ini tentunya dipengaruhi oleh faktor historis pada Pemilu 2018, PH yang masih satu koalisi dengan Bersatu, mempersilakan mereka untuk mencalonkan kadernya untuk bertanding di Slim. Apalagi, faktor kemelayuan Mahahthir diharapkan bisa merebut daerah dengan basis pemilih UMNO tersebut.
Sementara itu dari sisi koalisi pemerintah, mereka memutuskan untuk mempersilahkan BN bertanding di Slim. BN sendiri merupakan salah satu koalisi, yang tergabung dalam kumpulan partai pendukung pemerintah.Â
Kursi BN terdiri dari 25 buah, yang digunakan menyokong pemerintah daerah Perak di DUN. Selain UMNO, ada juga partai berbasis ras yang lain yaitu, Malaysian Chinese Association (MCA) dan Malaysian Indian Congress (MIC) di dalam BN. Muhyiddin Yassin, sebagai Perdana Menteri berkuasa sekarang tampaknya tidak ingin mencari perkara dengan menggugat kedudukan BN dan UMNO di Slim.Â
Akhirnya, terdapat 3 calon yang ikut bertanding di Slim. Dari sisi pemerintah, mereka mencalonkan anggota UMNO yang bernama Mohamad Zaidi Aziz. Sementara dari kubu oposisi, mereka mencalonkan Amir Khusyari, seorang pengacara syariah. Amir sendiri, maju dibawah panji independen. Terdapat satu calon lain beretnis India yang bernama Santharasekaran Subramaniam yang maju juga sebagai independen.Â
Meskipun hanya bertanding pada legislatif tingkat dua, PRK Slim mendapat perhatian dari banyak pihak. Hal itu terlihat dari proses jalannya kampanye. Masing - masing calon membawa serta tokoh - tokoh besar di tiap panggung - panggung kampanye. PRK yang berlangsung pada skala kecil ini, mendadak jadi bertabur bintang.Â
Mahathir tentunya turun gunung sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintahan Muhyiddin yang sewenang - wenang. Dia juga memanfaatkan momentum PRK, sebagai arena pelancaran partai barunya yang bernama Partai Pejuang Tanah Air Pejuang (Pejuang).Â
Dalam kampanyenya, Mahathir turut serta membawa Mukhriz Mahathir, anak kandungnya dan juga Presiden dari partai barunya. Â Ada juga Syed Saddiq, bekas Menteri Pemuda Olahraga di sana.Â