Media-media mainstream maupun media sosial ramai-ramai memberitakan berita ini secara massif. Tentunya, hal ini sontak membuat para warganet dari negeri ini tak ikut ketinggalan untuk mengkomentari kejadian ini.Â
Menariknya, di sini kita mendapatkan beberapa komentar dari para warganet yang cukup membuat geleng-geleng kepala.
Komentar-komentar yang dimaksud itu ternyata berisi cibiran terhadap suporter dari negeri mereka sendiri, Indonesia. Sontak, kita pasti merasa terheran - heran.Â
Bagaimana bisa aksi yang dilakukan oleh orang-orang penyuka keju, dikait-kaitkan dengan pihak yang jaraknya ribuan kilometer dari tempat kerusuhan.Â
Mereka menganggap kerusuhan yang dilakukan oleh Suporter PSG adalah wajar dan normal. Hal ini dikarenakan prestasi PSG masuk ke partai final "sebanding" dengan tindak laku memalukan dari para fansnya.Â
Lebih dari itu, mereka juga menyeret suporter Indonesia ke arena kolom komentar konten-konten peristiwa ini. Bagi mereka, fans-fans di Indonesia tidak boleh melakukan kerusuhan sebelum prestasi dari sepak bola kita meningkat.Â
Bahkan, mereka juga mengkambing hitamkan suporter kita sebagai biang dari kegagalan Indonesia berbicara pada ajang internasional. Seolah-olah suporter Indonesia di sini merupakan biang kerok utama dari mandeknya prestasi sepak bola nasional.
Fenomena ini tentunya sangat menyedihkan. Pertama, ini mengindikasikan bahwa sebenarnya ungkapan makian dan cercaan kepada ulah suporter Indonesia tidak didasari pada ide menolak tindakan kekerasan.Â
Pikiran mereka menganggap bahwa, kekerasan tersebut sebenarnya sah-sah dilakukan oleh pihak yang telah menguasai suatu bidang tertentu. Jika logika ini terus dipakai, bukan tidak mungkin tindakan kekerasan suporter Indonesia suatu saat akan dibenarkan oleh kelompok tersebut jika dikompensasikan dengan harga sebuah piala.Â
Kemudian yang berikutnya, kembali lagi ini menunjukan betapa inferiornya rakyat kita dalam pergaulan internasional. Mereka masih menganggap bahwa tindak-tanduk yang dibawa oleh para "bule" itu selalu baik dan benar.Â
Argumen yang mereka bawa biasanya dikarenakan peradaban "bule-bule" itu dianggap lebih tinggi dan maju. Pikiran tidak adil beginilah yang kemudian membuat mereka lebih senang membenarkan tindakan bodoh para asing, dan membahas kebodohan dari bangsa kita selama bertahun-tahun.Â