Mohon tunggu...
Dyna Analysa
Dyna Analysa Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis cerita

minat membaca dan menulis tentang informasi dan wawasan terutama terkait dengan bidang lingkungan dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Slow Living

13 Oktober 2024   09:33 Diperbarui: 13 Oktober 2024   09:37 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Slow living adalah sebuah filosofi hidup yang menekankan pentingnya menikmati setiap momen dalam kehidupan dan menjalani aktivitas dengan lebih sadar dan penuh perhatian. Konsep ini bertentangan dengan gaya hidup cepat yang sering kali membuat kita terjebak dalam rutinitas yang padat dan stres. Slow living mendorong kita untuk mengurangi kecepatan, menghargai waktu, dan fokus pada hal-hal yang benar-benar berarti, baik itu dalam pekerjaan, hubungan, maupun pengalaman sehari-hari.

Konsep slow living muncul sebagai tanggapan terhadap budaya konsumerisme dan kecepatan hidup modern yang semakin meningkat. Banyak orang merasa tertekan dengan gaya hidup yang serba cepat, sehingga beberapa tokoh dan gerakan mulai mengadvokasi gaya hidup yang lebih lambat dan lebih terfokus. 

Salah satu gerakan yang berpengaruh adalah gerakan "slow food," yang didirikan oleh Carlo Petrini pada tahun 1986 di Italia. Gerakan ini menekankan pentingnya makanan yang berkualitas, lokal, dan proses memasak yang tidak terburu-buru. Dari sini, konsep slow living mulai meluas ke berbagai aspek kehidupan, termasuk cara kita bekerja, berinteraksi, dan menghabiskan waktu di luar ruangan.

Penerapan Slow Living dalam Kehidupan Sehari-hari antara lain

1. Menghargai Waktu Bersama Keluarga

Di Indonesia, budaya keluarga sangat kuat. Slow living dapat diterapkan dengan lebih banyak meluangkan waktu bersama keluarga, tanpa gangguan dari gadget atau pekerjaan. Mengadakan makan malam bersama, berlibur ke tempat yang tenang, atau sekadar berbincang santai bisa menjadi cara untuk memperkuat ikatan keluarga.

2. Memperhatikan Proses Makanan

Mengadopsi prinsip slow food bisa menjadi bagian dari slow living. Di Indonesia, kita memiliki banyak makanan tradisional yang memerlukan proses memasak yang lebih lama tetapi menghasilkan cita rasa yang kaya. Menghabiskan waktu untuk memasak makanan khas daerah bersama keluarga atau teman dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan dan mengedukasi.

3. Menghargai Alam

Indonesia kaya akan keindahan alam. Menghabiskan waktu di alam, seperti berjalan di hutan, mendaki gunung, atau hanya bersantai di pantai, dapat membantu kita untuk lebih menghargai kehidupan dan mengurangi stres. Praktik ini juga selaras dengan konsep slow living, di mana kita belajar untuk menikmati keindahan di sekitar kita.

4. Menyederhanakan Hidup

Banyak orang Indonesia terjebak dalam gaya hidup konsumtif. Mengadopsi slow living berarti menyederhanakan hidup dengan mengurangi barang-barang yang tidak perlu dan fokus pada kualitas daripada kuantitas. Menggunakan barang-barang lokal dan ramah lingkungan juga sejalan dengan semangat ini.

5. Mindfulness dalam Kegiatan Sehari-hari

Mengintegrasikan mindfulness atau kesadaran penuh dalam kegiatan sehari-hari juga merupakan bagian penting dari slow living. Misalnya, saat bekerja, kita bisa berusaha untuk lebih fokus dan mengurangi multitasking. Ini bisa diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk saat beribadah atau bersosialisasi.

Slow living adalah sebuah filosofi yang mengajak kita untuk menghargai setiap momen dan menjalani hidup dengan lebih sadar. Dengan demikian, kita bisa merasakan kualitas hidup yang lebih baik sambil tetap menghormati budaya dan tradisi lokal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun