Mohon tunggu...
Dymas Hudzaifah
Dymas Hudzaifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - dymhud

The unconsidered life is not worth living - Socrates

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kisah Jatuhnya Icarus

22 September 2024   18:03 Diperbarui: 22 September 2024   18:25 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal Dari Semuanya

Icarus terjebak dalam sebuah pulau dengan ayahnya Daedalus. Untungnya Daedalus adalah seorang penemu berbakat. Sehingga ia dapat membuat alat penyelamat. Ia membuat sayap dengan lilin dan bulu. Icarus diberikan sepasang sayap oleh ayahnya dan sebelum diberikan kepada anaknya, Daedalus dengan mata bangga dan khawatir, berpesan pada Icarus "Nak, kita punya alat untuk menyelamatkan diri. Tapi dengarkan kata-kataku. Jangan terbang terlalu tinggi mendekati matahari, karena panasnya akan melelehkan lilin dan membuatmu terjatuh. Juga jangan kamu terbang terlalu dekat dengan laut. sehingga membuat sayapmu lembab dan membuatmu jatuh tenggelam."

Mimpi dan Ambisi

Manusia memiliki akal pikiran, memiliki hati nurani, memiliki kesadaran diri, juga mempunyai keinginan, mimpi dan ambisi. Tuhan (jika Anda mempercayainya) memberikan kita hal-hal tersebut layaknya sebuah sayap pada manusia. Sebuah alat untuk membawa kita ke tempat yang ingin kita tuju.

Kita tidak akan bisa terbang terlalu tinggi hingga menjangkau matahari karena pada dasarnya kemampuan yang ada dalam kendali manusia sangatlah terbatas.

Saat terbang terlalu tinggi. Kita akan menghadapi panasnya matahari, yang kalau sayap tak mampu menahan panas, sengatan matahari akan membuatnya terbakar. Lalu ketika tak mampu menopang berat tubuh untuk terbang kita akan terjatuh dan mati.

Manusia terbang dengan mimpi, ambisi, pikiran, nurani dan kesadaran diri yang terbatas. Saat kita baru memulainya kita mungkin belum terbiasa menggunakannya, sehingga belum mampu terbang tinggi dan melihat indahnya langit.

Saat  bertumbuh dewasa sayap kita terus menguat dan kita perbaiki, dengan pendidikan dan pemahaman terhadap dunia. sehingga bisa terus terbang lebih tinggi. Semakin tinggi langit yang ingin dicapai, semakin diperlukan sayap yang kuat untuk menopang diri kita.

Terpuruk dan Mati

Disisi lain jika terbang terlalu rendah, uap dan embun dari air di laut akan membuat sayap Kita lembab dan membuat kita jatuh ke laut lalu tenggelam.

Saat kita mengabaikan mimpi, ambisi, dan pemahaman kita terhadap kehidupan, saat kita terbang terlalu rendah. Kita tidak dapat mempertahankan beratnya hal yang ingin kita capai dalam kehidupan.

Saat uap air laut membuat sayap kita lembab. saat mimpi, ambisi, dan pemahaman terhadap hidup ditarik kebawah. Kekecewaan dan ketidakpuasan terhadap diri akan membuat kita terpuruk, jatuh dan tenggelam.

Pada Akhirnya

Kita akan belajar agar mengerti saat-saat harus terbang tinggi namun tidak terlalu tinggi, dan kapan harus terbang rendah namun tidak terlalu rendah.

Kita juga belajar, untuk dapat mencapai tempat tujuan, tempat kita ingin dikenang. Kita harus tau ada saat-saat tertentu untuk mengubah alat penyelamat diri, memperbaiki dan membuatnya lebih baik lagi.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun