Mohon tunggu...
Dylan Aprialdo
Dylan Aprialdo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

An Ordinary Student of Communication Science who concern about Mass Media Addicted with Human Interest and Street Photography

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wonderful Movement for Wonderful Indonesia

10 Januari 2015   17:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:25 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Itu merupakan sebuah harapan dari saya sebagai seorang warga negara Indonesia. Merupakan suatu kebanggaan tersendiri menjadi orang Indonesia, hidup dalam negeri yang penuh dengan keanekaragaman suku bangsa, dengan beragam jenis kekayaan budaya, bahasa dan sejarah yang memiliki keunikan tersendiri. Negeri ini juga memiliki beragam potensi keindahan alam yang luar biasa membentang dari Nangroe Aceh Darussalam sampai Papua, dari Sabang hingga Merauke baik keindahan di darat maupun lautan.

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan peninggalan sejarah, kekayaan budaya yang sangat beragam, unik, pemandangan alam yang indah tersebar di seluruh pelosok negeri ini. Indonesia seharusnya memiliki peluang yang sangat besar, karena memiliki potensi wisata yang jauh lebih beragam dibanding dengan negara-negara lain terutama negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Philipina dan Vietnam yang menjadi pesaing utama ditinjau dari kemiripan industry wisata seperti jumlah kunjungan, keberadaan pasar utama, keberadaan pasar potensial, posisi geografis dan produk wisata yang ditawarkan. Singapura dan Australia juga menjadi competitor khusus berdsarkan fungsi geografis dan strategi pemasarannya. Itu kita masih berbicara pada pesaing “tetangga”, Indonesia masih harus berhadapan pula dengan pesaing lainnya di Asia-Pasifik yang memiliki ciri geografis dan potensi wisata yang memiliki kemiripan.

Sudah sepatutnya kita sebagai seorang warga negara Indonesia untuk mendukung segala macam bentuk gerakkan memaksimalkan potensi pariwisata Indonesia. Menurut penuturan Mari Elka Pangestu pada saat memberikan pidato sambutan dalam pembukaan Kompas Fair Travel 2014, ada 10 provinsi yang menjadi daerah yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan, yaitu:

1.Jawa Barat

2.Jawa Timur

3.Jawa Tengah

4.DKI Jakarta

5.Banten

6.Sumatera Utara

7.Sulawesi Utara

8.Bali

9.Lampung

10.Sumatera Selatan

Dalam hal ini saya berharap, Kementerian Pariwisata Indonesia tidak hanya berfokus untuk tetap mengembangkan wisata 10 daerah yang telah disebutkan diatas, tapi juga mampu mengembangkan berbagai macam potensi wisata yang ada di daerah-daerah lain selain yang telah diungkapkan oleh Mari Elka Pangestu. Program thematic tourism berbasis budaya, alam, kuliner, eco tourism dan industry kreatif yang dicanangkan oleh Kementerian Pariwisata pada masa Mari Elka Pangestu patut dilanjutkan dan dikembangkan. Karena dengan bentuk thematic tourism, potensi-potensi pariwisata setiap daerah akan bisa dikembangkan menjadi lebih baik, karena ada spesialisasi potensi agar setiap daerah memiliki keunikan, ciri khas, potensi yang berbeda satu sama lainnya, misalkan Yogyakarta bisa kita unggulkan menjadi wisata kebudayaan, Raja Ampat sebagai wisata bahari.

Thematic Tourism bisa berjalan dengan baik apabila dilakukan bersama antara pemerintah daerah dengan masyarakat sekitar, karena wisata tematik bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk turut aktif dalam mengembangkan asset pariwisata di daerah tersebut, agar asset wisata daerah bisa dikembangkan secara optimal.

Dr Rochajat Harun Med, mengungkapkan bahwa tren perjalanan pariwisata dunia akan mencapai 1,6 milyar orang. 438 juta orang akan berkunjung ke kawasan Asia-Pasifik, dan 100 juta orang ke Cina. Melihat tren tersebut, sudah menjadi sebuah tugas bagi Kementerian Pariwisata untuk menawarkan segala macam keunikan, daya tarik pariwisata daerah seluruh Indonesia kepada para wisatawan mancanegara dan juga wisatawan dalam negeri.

Sejumlah permasalahan menjadi sebuah tantangan bagi Kementerian Pariwisata Indonesia dan kita sebagai warga negara Indonesia dalam bekerjasama menghadapi persaingan pariwisata dunia. Pertama, masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang belum melakukan promosi secara maksimal potensi-potensi wisata yang dimilikinya serta pengelolaan potensi wisata yang tidak optimal. Kedua, kegiatan wisata yang dilakukan oleh wisatawan baik mancanegara maupun domestic masih berfokus pada tren mass tourism, dimana wisatawan bepergian ramai-ramai ke suatu tempat wisata yang ada di Indonesia, kemudian hanya untuk sekedar senang-senang ala kadarnya seperti berfoto, berjemur di pantai, lalu sesudah itu pulang. Ketiga, masyarakat Indonesia masih belum banyak yang memahami potensi industry kreatif yang bisa mereka kembangkan di daerah mereka, dunia perbankan pun belum memberikan dukungan optimal kepada masyarakat untuk membantu memberdayakan masyarakat daerah dalam mengembangkan industry kreatif berbasis ciri khas daerahnya. Keempat, para pelaku industry kreatif masih belum mendapat perlindungan hukum yang berarti dari pemerintah. Kelima, media-media di Indonesia masih belum optimal dalam memberikan porsi pemberitaan tentang pariwisata Indonesia, selama ini kalau diamati sajian-sajian informasi yang diberikan oleh media-media di Indonesia menyangkut pada persoalan negative seperti kasus korupsi, tindak criminal, kecelakaan, tindak kekerasan, konflik. Hal-hal seperti ini justru membuat image Indonesia menjadi buruk di mata masyarakat dalam negeri maupun masyarakat dunia, sehingga wisatawan ogah berpergian ke daerah-daerah Indonesia.

Harapan-harapan saya adalah Kementerian Pariwisata mampu membenahi segala macam permasalahan yang ada. Pemerintahan Pusat, Kementerian Pariwisata perlu memberikan kewajiban kepada setiap pemerintahan daerah untuk mengelola, mengembangkan destinasi wisata dan ekonomi kreatif di daerah mereka, selain itu pemda perlu melakukan pembenahan infrastruktur sebagai upaya mengoptimalkan akses menuju tempat wisata, pemda juga harus mengembangkan sarana prasarana yang menunjang keamanan dan kenyamanan para wisatawan ketika mereka datang ke tempat wisata mereka.

Mindset wisatawan dan tren wisata yang berfokus pada mass tourism harus diubah oleh Kementerian Pariwisata Indonesia, dengan cara pihak kementerian maupun pemerintah daerah melibatkan wisatawan dengan melihat, mempelajari museum, karya-karya seni, kerajinan tangan. Misalkan ketika wisatawan berkunjung ke Yogyakarta, ajaklah mereka untuk berkunjung ke pabrik batik yang ada di sana, wisatawan bisa memahami bagaimana proses membuat batik, apa saja makna-makna motif batik yang ada disana sehingga diharapkan mereka tidak hanya sekedar membeli oleh-oleh kain batik untuk kerabat mereka, dan hanya sekedar menjadi pakaian biasa saja tetapi mereka bisa memahami proses pembuatan batik, memahami makna motif batik yang mereka kenakan, memahami budaya setempat sehingga mereka menjadi bangga dan cinta akan batik. Kementerian dan pemda juga bisa memberdayakan komunitas-komunitas local seperti komunitas pecinta seni, komunitas pecinta museum, komunitas fotografi, dan komunitas-komunitas lainnya untuk turut mengembangkan potensi-potensi daerah melalui kemampuan dan karya-karya mereka. Tren Mass Tourism pun akan berubah menjadi tren Responsible Tourism jika kementerian pariwisata, pemerintahan daerah dan masyarakat setempat saling bekerja sama.

Kementerian Pariwisata dan Pemerintah Daerah juga perlu menggandeng lembaga-lembaga perbankan Indonesia untuk ikut mendampingi, memberikan edukasi secara berkala kepada para pelaku usaha ekonomi kreatif agar mereka bisa membaca situasi pasar, melakukan inovasi produk. Jika para pelaku ekonomi kreatif mampu membaca situasi pasar, dan mengembangkan produk mereka, maka perbankan bisa mendukung dengan memberikan pembiayaan kepada pelaku ekonomi kreatif tentunya dengan bunga yang rendah dan tidak semakin mempersulit pelaku ekonomi kreatif.

Pemerintah juga perlu melindungi produk-produk ekonomi kreatif para pelaku industry kreatif di Indonesia dengan menciptakan peraturan hukum yang melindungi hak atas kekayaan intelektual karena produk-produk ini rawan akan sengketa HAKI.

Terakhir media massa, merupakan lembaga penyampaian informasi yang memiliki kekuatan besar karena kemampuan mereka dalam menyebarkan informasi secara masif, cepat, segera, dan berdaya jangkau luas. Sudah sepatutnya bagi media untuk tidak melulu menunjukkan borok negeri ini saja, tetapi ungkaplah sisi-sisi positif negeri ini seperti keramahtamahan masyarakat Indonesia, keanekaragaman suku bangsa dan kebudayaan negeri ini, dan keindahan-keindahan alam negeri ini agar image Indonesia menjadi baik, damai, nyaman dan aman bagi para wisatawan. Lembaga pengawas pers baik itu Komisi Penyiaran Indonesia, Dewan Pers, Persatuan Wartawan Indonesia, Aliansi Jurnalis Independen dan lembaga-lembaga lainnya wajib mengawasi pola pemberitaan media-media yang ada di negeri ini.

Jika semua elemen mulai dari atas sampai elemen terbawah, mulai dari pemerintah pusat hingga masyarakat local mau saling bekerja sama bahu membahu membangun potensi pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis kearifan local, kita semua akan bisa mewujudkan Wonderful Movement for Wonderful Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun