Baru beberapa hari dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menggantikan Anies Baswedan, Menteri Muhadjir Effendy langsung bergerak cepat dalam membenahi sistem pendidikan di Indonesia. Salah satu wacana yang berkembang saat ini adalah Full Day School, wacana ini dilontarkan oleh Muhadjir dengan alasan bahwa diterapkannya full day school di dalam jenjang SD, SMP, dan SMA membuat anak menjadi lebih terpantau di sekolah ketika para orang tua siswa sedang sibuk-sibuknya bekerja. Mereka pun nantinya akan dipulangkan oleh pihak sekolah berbarengan dengan jam pulangnya orang kerja (seperti yang kita ketahui, jadwal orang pulang kerja di Jakarta sekitar jam 5 atau jam 6 sore). Menurut dia, sistem bersekolah sepanjang hari banyak memberikan kesempatan kepada sekolah untuk menanamkan pendidikan karakter kepada peserta didik.
"Bahkan nanti kami ciptakan lingkungan sekolah yang lebih menggembirakan. Kalau perlu ngaji, nanti kami undang ustaz ke sekolah," kata dia seperti yang dikutip dari Kompas.com (edisi 8 Agustus 2016). Wacana ini pun langsung menuai polemik di kalangan masyarakat, terlebih kemarin saja topik ini menjadi Trending Topic di twitter selama hampir 8 jam. Para netizen mengungkapkan sikap yang tidak setuju mendengar wacana baru tersebut.
"Full Day School (?) stju sih full day school asl msuk jm 8, istirahat 2 jam, kantin koperasi gratis, buku & spp gratis, FULL wifi yes!," @Aris_Seniorjr.
NO ! Anak hrs Bersosiliasi dgn lingkunan lain ditempat lain; Les Musik' klub basket, sanggar Tari / Seni @CosmopolitanFM: Full Day School," ungkap dia lewat akun @MozaParamita
"Sepanjang 2005-2015 110 siswa di hong kong bunuh diri karena stress beban sekolah. mentri pendidikan kita pengen full day school. Wow," ungkap pemilik akun @arman_dhani
Siswa dan orang tua juga mengungkapkan sikap yang sama secara langsung. Misalnya saja seperti dikutip dari Kompas.com (8/8) Hanna Mardiyah, siswi SMAN 6 Jakarta. Dia menolak wacana tersebut karena sekolah sepanjang hari akan membuatnya stres dan malah tidak mampu menyerap pelajaran.
"Enggak setuju karena waktu belajar yang lama juga tidak efektif. Otak kita butuh istirahat," ujarnya saat berbincang dengan Kompas.com, Senin (18/8/2016).
Hal yang sama diutarakan Chaeruddin yang kini duduk di kelas 7 SMPN 12, Jalan Wijaya IX, Jakarta Selatan. Ia mengatakan, tak akan ada waktu untuk main dan membuat ia justru jenuh di sekolah.
"Nggak maulah sekolah sampai jam lima. Capek, mending seperti sekarang aja jam 2," ujar Chaeruddin.
Sementara itu penolakan juga datang dari orang tua siswa, Arofah Supandi, yang anaknya baru masuk SD. Arofah mengatakan, pada usia sekolah, anak perlu bermain. Sebab, mereka tak bisa dipaksa terus-terusan belajar.
"Ya enggak setuju banget, kasihanlah kan dia perlu main juga," katanya.