Perwakilan UNICEF Indonesia Debora Comini mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena orang tua pelajar banyak yang kehilangan pendapatan dan pekerjaan sejak masa pandemi COVID-19 masuk ke Indonesia.
"Dengan banyaknya orang tua kehilangan penghasilan dan pekerjaan, kami khawatir angka anak tidak sekolah dapat meningkat secara signifikan setelah pandemi," ucap Debora Comini dalam peluncuran Strategis Nasional Penanganan Anak Tidak Sekolah (Stranas ATS), Rabu (23/12).
Dari jumlah diatas UNICEF mencatat proporsi pelajar laki-laki lebih banyak putus sekolah dibandingkan pelajar perempuan. Selain itu, berdasarkan pantauan UNICEF, lebih dari 13.500 pelajar di Indonesia sudah putus sekolah sebelum masa pandemi berlangsung.
Angka ini menambah daftar panjang jumlah ATS di Indonesia yang telah mencapai 4,34 juta jiwa berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2019.
Selain itu pembelajaran daring juga membuat kita kurang bersosialisasi terhadap sekitar karena saat belajar daring kita cenderung lebih fokus kepada handphone atau laptop yang digunakan saat belajar daring.
Source: https://media.suara.com/pictures/970x544/2019/12/11/91121-ilustrasi-anak-bermain-gadget.jpg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H