Mohon tunggu...
dyki firmansyah
dyki firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - unikom

Saya Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kehidupan Tukang Parkir di Era Digital, Pendidikan dan Kebijakan QRIS

16 Oktober 2024   16:59 Diperbarui: 16 Oktober 2024   17:03 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan citarum, Bandung/Dokpri

Kehidupan Tukang Parkir di Era Digital, Pendidikan dan Kebijakan QRIS

Bandung, 15 oktober 2004 -- Di tengah kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat modern, kehidupan tukang parkir tetap menjadi bagian penting dari infrastruktur perkotaan. Mereka berperan sebagai penjaga kendaraan dan pengatur lalu lintas di area parkir, namun seringkali kehidupan mereka tidak mendapatkan sorotan yang cukup.

Sebagian besar tukang parkir di kota bandung berasal dari latar belakang pendidikan yang beragam. Beberapa di antaranya memiliki pendidikan formal hingga tingkat SMA, sementara yang lainnya tidak menyelesaikan pendidikan dasar. Faktor ekonomi menjadi alasan utama banyak dari mereka memilih pekerjaan ini. Meskipun pendidikan formal yang mereka miliki tidak selalu relevan dengan pekerjaan sehari-hari, keterampilan interpersonal dan ketekunan yang mereka miliki seringkali menjadi modal utama dalam menjalani profesi ini.

Seiring dengan perkembangan teknologi pembayaran, pemerintah dan berbagai pihak swasta mulai mengimplementasikan kebijakan pembayaran melalui QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) untuk mempermudah transaksi. Kebijakan ini tidak hanya menguntungkan konsumen, tetapi juga memberikan peluang baru bagi tukang parkir. Dengan adanya sistem pembayaran digital, mereka kini dapat menawarkan kemudahan transaksi tanpa perlu uang tunai, mengurangi risiko kehilangan uang dan meningkatkan efisiensi.

Seorang tukang parkir, mulyana (45), mengungkapkan, "Dengan QRIS, pelanggan bisa bayar lebih cepat dan kami tidak perlu khawatir membawa uang banyak. Ini membuat pekerjaan kami lebih aman dan praktis."

Meski demikian, tidak semua tukang parkir merasa siap untuk beradaptasi dengan teknologi ini. Banyak dari mereka yang perlu mendapatkan pelatihan mengenai cara menggunakan aplikasi dan perangkat yang diperlukan. Oleh karena itu, beberapa komunitas dan organisasi telah mulai memberikan pelatihan dan edukasi untuk membantu tukang parkir memahami dan mengimplementasikan sistem ini.

Kehidupan tukang parkir adalah refleksi dari dinamika sosial dan ekonomi di masyarakat. Meskipun banyak yang tidak memiliki pendidikan formal yang tinggi, mereka menunjukkan dedikasi dan ketekunan dalam pekerjaan mereka. Kebijakan pembayaran melalui QRIS membawa harapan baru bagi mereka, meskipun tantangan adaptasi masih harus dihadapi. Dengan dukungan yang tepat, tukang parkir di kota ini dapat meraih keuntungan dari kemajuan teknologi sambil terus berkontribusi pada kehidupan perkotaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun