Mohon tunggu...
dhy hady
dhy hady Mohon Tunggu... -

Khoirun naass anfa`uhum linnaass......

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Akal dan Nafsu yang Salah Kelola

13 Oktober 2013   08:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:36 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi sifat dasar manusia untuk mencari tahu hal-hal baru yang tak diketahui dan untuk berusaha mengerti yang tak dapat dimengarti. Ini bukan hal yang aneh, suatu sikap ingin tahu benar-benar akan membawa kita semakin luas dalam mengarungi kehidupan, terlebih dalam mencari ilmu pengetahuan. Bahkan dalam sistem pembelajaran kita sebagai pelajar dituntut untuk terus bertanya. Itu salah satu sikap untuk mempertajam pengetahuan kita, semakin sering kita bertanya akan semakin bertambah pengetahuan kita. Namun, dalam mencari sesuatu manusia menggunakan berbagai metode, ada kalanya langsung bertanya, namun ada kalanya juga berfikir dan mencari tahu sendiri. [caption id="attachment_284865" align="aligncenter" width="300" caption="kota-imaji.blogspot.com"][/caption] Inilah manusia, dengan karunia akal yang diguakan untuk berfikir, secara otomatis akan selalu mencari hal yang baru. Inilah yang membedakan kita (manusia) dengan mahkluk Tuhan  lainya, dimana manusia adalah mahkluk yang sempurna dengan dua karunia besar yang tidak dimiliki oleh mahkluk Tuhan apapun, manusia diberi akal juga diberi nafsu, dimana keduanya adalah kesatuan yang sangat dahsyat, dengan akal, manusia akan terpancing untuk terus mencari yang baru, ditambah dengan nafsu yang mengangkat serta menambah keinginan kita, Inilah nafsu, sesuatu yang mendorong manusia untuk lakukan sesuatu (keinginan). Dua kesatuan yang sungguh magic, sadarkah kita akan hal tersebut, sebuah karunia khususiah yang tidak diberikan kepada mahkluk Tuhan apapun kecuali manusia. Hewan punya nafsu tapi tidak mempunyai akal, malaikat punya akal tapi tidak diberi nafsu, mereka berbeda sekali dengan manusia yang sempurna dengan dua karunia besar nafsu dan akal. Namun, keduanya bisa menjadi pisau bermata dua, jika tidak pandai mengendalikannya akan melukai manusia itu sendiri. Kedua kelebihan itu benar-benar mungkin untuk disalah gunakan untuk memuaskan keserakahan dan ambisi pribadi, manusia harus benar-benar mengontrol hasrat-hasrat rendahnya. inilah yang sedang dialami oleh negara kita, dimana mayoritas penduduknya sudah salah dalam menggunakan dua karunia besar tersebut. Akalnya membuatnya berpikir rasional, nafsunya syahwat dalam jabatan. Semuanya dibutakan dengan uang, mengkhianati bangsa serta para pejuangnya, menghianati pancasila mengubahnya menjadi keuangan yang maha kuasa. Ketika manusia bener-benar dikuasai nafsu hewani, semuanya ingin dimiliki, punya gaji seratus juta perbulan masih kurang, puluhan mobil mahal masih kurang, istri satu, dua, tiga masih kurang, semuanya serba kurang, tidak pernah sadar untuk bersyukur sedikit saja kepada Tuhan terhadap apa yang telah Tuhan berikan. Tak heran korupsi merajalela di negeri ini, bahkan Mahkamah Konstitusi menjadi sarang tikus berdasi. Hampir di sudut-sudut Negeri terjangkit virus korupsi, semua orang dibutakan oleh uang, sehingga apapun caranya halal atau pun haram yang penting dapat uang. Siapa yang dapat dipercaya di negeri ini, hilang sudah sifat manusiawinya, sifat jujur tak lagi dimilikinya, mereka benar-benar dibutakan dengan nafsu serakahnya, buta dengan pangkat, uang, dan jabatan. Suatu kesalahan fatal, dua nikmat yang disalah gunakan, bagaimana kelanjutan hidup negeri ini jika selama ini masih dipimpim oleh manusia-manusia hewani. Lebih baik dipimpin kera berhati manusia (wujud luarnya kera tapi esensinya manusia), dari pada dipimpin manusia berhati kera (wujudnya manusia esensinya kera), rakus, tamak, menjijikkan.

ikus kantor Ternyata Raja-Raja itu wujudnya saja yang manusia esensinya belum menjadi manusia, ada tikus, ada srigala, ada ular, ada kera, dan masih ada-ada saja di negeri ini. inilah kesalahan fatal jika akal dan nafsu tidak digunakan sesuai dengan fungsi diciptakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun