Mohon tunggu...
dhy hady
dhy hady Mohon Tunggu... -

Khoirun naass anfa`uhum linnaass......

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dulu 99,0% sekarang 0,99%

10 Mei 2014   08:00 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:39 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Orang Islam jaman dahulu hidupnya 99,0% digunakan untuk urusan akhirat, terlebih pada jaman sahabat. Bahkan antara sahabat satu dengan yang lainnya saling berlomba dalam menginvestasikan hartanya untuk hal akhirat. Hal itu seperti yang telah dilakukan oleh sahabat Abu Bakar dan sahabat Umar, yang keduanya saling “berkompetisi” untuk mensedekahkan harta-harta mereka ke jalan Allah “untuk urusan akhirat”.

Dikisahkan, pada saat perang tabuk, yaitu perang terakhir yang Rasulullah saw. ikut di dalamnya. Untuk menghadapi kerajaan Romawi yang merupakan kerajaan terkuat di muka bumi pada masa itu, umat Islam memerlukan persediaan dan dana yang besar. Pada saat itu terjadi adegan yang sangat menarik.

Melihat kondisi umat Islam yang sangat butuh banyak persediaan dan dana, maka sahabat Abu Bakar menyedekahkan seperempat hartanya kepada Islam. Tak mau kalah, sahabat Umar juga melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh sahabat Abu Bakar. Melihat sahabat Umar melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan, sahabat Abu Bakar menambah sedekahnya dengan menyerahkan separuh hartanya kepada Islam, dan sahabat Umarpun melakukan hal yang sama. Sehingga terjadi tontonan hebat di depan para sahabat, keduanya berkompetisi untuk berbuat sebaik mungkin “untuk hal yang bersifat akhirat”.

Pada finalnya, sahabat Abu Bakar bersaksi di depan Rasulullah saw. bahwasanya dia menyerahkan seluruh hartanya untuk Islam. Rasulullahpun bertanya kepada sahabat Abu Bakar, “Tidakkan engkau tinggalkan untuk ahli keluargamu....?”. sahabat Abu Bakar menjawab. “Aku serahkan seluruh keluarga kepada Allah dan RasulNya.” Semua sahabat diam, dan sahabat Umar berkomentar “Memang untuk urusan akhirat aku selalu kalah dengamu”.

Sebegitulah para sahabat “bersaing” melakukan sesuatu yang bersifat akhirat. 99,0% kehidupanya mutlak untuk urusan akhirat. Tidak ada keraguan dalam hati mereka. Karena yakin, akhirat lebih kekal, sedang dunia hanya sementara.

Di dalam kitab suci al-qur’an, pada surat al-Kahfi juga terdapat kisah yang hampir sama dengan kisah sahabat Abu Bakar dengan sahabat Umar. Dimana ada dua orang saudara yang mempunyai kekayaan yang sama, namun yang satu diivestasikan untuk urusan dunia, yang satu untuk urusan akhirat.

Ketika sang adik membeli rumah megah, kebun dan pekarangan di dunia, sang kakak juga membeli rumah yang besar, kebun, dan pekarangan  tapi di surga, entah dengan cara apa dia membelinya, entah dengan sedekah atau dengan jalan yang lainya.

Keduanya saling berlomba mengivestasikan harta kekayaan mereka. Pada akhirnya, harta mereka habis, rumah, perkebunan, dan pekarangan yang dimiliki oleh sang adik habis dan rusak. Itulah dunia, eksistensinya ada habisnya. Sang adikpun menjadi stres/gila, namun tidak dengan sang kakak, yang yakin bahwa harta yang dulu dia miliki tetap ada, dan mungkin malah lebih banyak dari sebelumnya.

Berbeda dengan kebanyakan masyarakat islam sekarang yang hanya menggunakan 0,99% hidupnya untuk akhirat, dan 99,0% untuk urusan dunia. Bagaimana puluhan triliun tebuang sia-sia. Berapa triliun uang dari para partai yang ada di negara kita, yang terinvestasi tidak ada kejelasannya. Padaha semua tahu dunia akan rusak, dunia pasti habis. tidakkah para caleg ataupun capres yang mengambil sedikit pelajaran dari kisah-kisah sahabat zaman dahulu, ataupun kisah-kisah yang terdapat dalam kitab suci alquran, yang “katanya” sebagai pedoman agamanya.

Hasil riset Lembaga Peyelidik  Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) mengungkapkan bahwa setiap caleg DPR rata-rata harus mengeluarkan dana sebesar Rp.1,18 miliar - Rp.4,6 miliar untuk melakukan kampanye agar dapat menduduki kursi legislatif. Dengan rincian biaya kampanye setiap caleg DPR yakni: kurang dari Rp.787 juta (termasuk kurang), Rp.787 juta - Rp.1,18 miliar (optimal), Rp.1,18 miliar - Rp.4,6 miliar (wajar), Rp.4,6 miliar - Rp.9,3 milir (tidak wajar) dan lebih dari Rp.9,3 miliar (tidak rasional).

Sedang biaya kampanye tiap caleg DPRD provinsi yakni berkisar Rp.481 juta – Rp.1,55 miliar. Dengan rincian yakni: kurang dari Rp.320 juta (sedikit), Rp.320 juta – Rp.481 juta (optimal), Rp.481 juta – Rp.1,55 miliar (wajar), Rp.1,55 miliar – Rp.3 miliar (tidak wajar), lebih dari Rp.3 miliar (tidak rasional).

Angka tersebut naik empat kali lipat daripada pemilu 2009 yang hanya berkisar Rp.250 juta per caleg DPR, dan Rp. 170 juta per caleg DPRD Provinsi. Diperkirakan juga, total dana yang akan digulirkan pada Pemilu 2014 yakni sebesar Rp.115 triliun atau naik tiga kali lipat dari Pemilu 2009.

Padahal pendapatan yang akan diperoleh oleh anggota DPR selama 5 tahun  hanya Rp. 5,3 miliar – Rp. 5,4 miliar. Sementara pendapatan seorang anggota DPRD Provinsi hanya Rp. 1,6 miliar – Rp.1,8 miliar. Itupun dari pendapatan resmi maupun tidak resmi. (Replubika, 19 maret 2014.)

Jika uang sebanyak itu dibuang percuma tanpa ada hasil yang memuaskannya, siapa yang berani jamin bahwa mereka tidak stres. Banyak yang stres, banyak yang gila, semuanya karena harapnnya terhadap urusan dunia. Entah berapa ratus juta, miliar, atau triliun rupiah yang mereka keluarkan. Yang pasti, ketika pada hasilnya tidak seperti apa yang mereka harapkan, akan semakin banyak orang stres di negeri ini. itulah akibatnya jika harta diinvestasikan dengan dunia.

Andai saja uang yang sebegitu banyaknya terinvestasi untuk hal-hal yang bersifat akhirat, mungkin meskipun habis seluruh hartanya, mereka akan biasa-biasa saja, atau mungkin akan lebih bahagia, karena telah mempunyai tabungan yang tetap, bahkan terus bertambah. Itulah gambaran masyarakat Islam dahulu dengan yang sekarang, hidupnya 99,0% dan 0,99% “untuk akhirat”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun