Mohon tunggu...
Dyera Syaufina
Dyera Syaufina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

UPI

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

KKN Rekognisi UPI : Mendorong Pendidikan dan Meningkatkan SDM Unggul Bersama Mahasiswa Melalui Program Kampus Mengajar

11 Januari 2022   12:09 Diperbarui: 11 Januari 2022   12:17 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelompok Mahasiswa KM1 penugasan di SD Negeri 45 Pekanbaru (Dokpri)

Pendidikan merupakan sebuah proses yang dapat mengembangankan individu sehingga meningkatkan kecerdasan, keterampilan serta akhlak dan kepribadian yang baik. seluruh masyarakat indonesia wajib mengenyam pendidikan demi mewujudkan tujuan nasional yang tertuang dalam UUD 1945 alinea ke-4 yang berbunyi "Mencerdaskan kehidupan bangsa". Kalimat menggambarkan cita-cita bangsa Indonesia untuk mendidik dan menyamaratakan pendidikan ke seluruh penjuru Indonesia agar tercapai kehidupan berbangsa yang cerdas.

Selama pandemi covid-19 dunia pendidikan mengalami hambatan. Dampak yang ditimbulkan sangat luas tidak hanya di kota besar saja namun seluruh wilayah di Indonesia merasakan hal yang sama. Terutama sekolah yang memiliki akreditas C dan kategori 3T (terpencil, terlepelosok dan terdalam). Keterbatasan sarana dan prasarana baik pihak sekolah dan siswa mengakibatkan terhambatnya proses belajar mengajar. Sehingga mengakibatkan siswa kurang maksimal dalam menerima materi pembelajaran.

Demi mengatasi hal tersebut, pemerintah membuka program kampus mengajar angkatan I yang merupakan bagian dari MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka). Melalui program tersebut Pemerintah ingin mendorong dan mewujudkan tujuan nasional serta mencetak SDM yang unggul melalui mahasiswa. Mahasiswa didorong untuk menjadi pelajar pancasila, yaitu mahasiswa yang memiliki sikap mandiri, gotong royong, berpikir kritis serta rasa cinta tanah air. Sikap tersebut akan menjadi contoh bagi siswa-siswi di sekolah penempatan.

Program ini berlangsung selama 3 bulan mulai dari 21 Maret hingga 25 Juni 2021. Program ini diikuti oleh 14.621 Mahasiswa dan 2.080 Dosen Pendamping Lapangan (DPL) yang berasal dari 360 perguruan tinggi. Terdapat kurang lebih 4.010 Sekolah Dasar (SD) di 458 kabupaten dan kota di 34 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran program ini.

Salah satu lokasi pelaksanaan program Kampus Mengajar angkatan I yaitu di Provinsi Riau lebih tepatnya di SD Negeri 45 Pekanbaru. Sekolah ini beralamat di jalan Badak Ujung No. 54, RT. 01, RW. 03, Kecamatan Sail, Kelurahan Tenanyan Raya, Kota Pekanbaru, Riau 28285. Walaupun sekolah ini sudah terdaftar sebagai sekolah negeri, namun sekolah ini masih terkategori 3T karena fasilitas, sarana dan prasarana sebagai alat penunjang proses belajar mengajar belum memadai. Selain itu, sekolah ini juga masih berakreditasi C yang merupakan salah satu sasaran berjalannya program ini.  

Mahasiswa & Kepala Sekolah, guru serta Staff SD Negeri 45 Pekanbaru (Dokpri)
Mahasiswa & Kepala Sekolah, guru serta Staff SD Negeri 45 Pekanbaru (Dokpri)
Kegiatan kampus mengajar angkatan I yang dilaksanakan di SD Negeri 45 Pekanbaru meliputi kegiatan belajar mengajar PTMT, adaptasi teknologi, membantu administrasi sekolah, membersihkan ruang serba guna, penanaman apotek hidup dan pengadaan kelas intensif bagi siswa. Mahasiswa yang ditugaskan sebanyak 8 mahasiswa dari PT (Perguruan Tinggi) yang berbeda. Setiap mahasiswa akan mendapatkan guru pamong yang akan menjadi pembimbing selama program itu berlangsung.

Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di SD Negeri 45 Pekanbaru menerapkan PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas). Aturan pembelajaran ini mengikuti keputusan Dinas Pendidikan kota Pekanbaru yang berlaku. Untuk proses pembelajaran PTMT dibagi menjadi dua sesi yang setiap sesinya berlangsung selama kurang lebih 90 menit. Untuk mengikuti proses pembelajaran siswa harus menggunakan masker dan sebelum memasuki ruang kelas siswa diwajibkan untuk mengecek suhu serta mencuci tangan mereka. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penyebaran covid-19.

Siswa Mencuci Tangan sebelum melakukan PTMT (Dokpri)
Siswa Mencuci Tangan sebelum melakukan PTMT (Dokpri)

Selama proses belajar mengajar banyak permasalah yang dirasakan baik siswa maupun orang tua terutama siswa kelas 1 dan 2 salah satunya yaitu tidak dapat membaca maupun menulis. Untuk mengatasi permasalah tersebut, mahasiswa berinisiatif untuk membuat kelas intensif yang menyenangkan khusus untuk siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis. Pengadaan kelas ini tentu berdasarkan persetujuan kepala sekolah. Kelas diadakan selama 60 menit dengan maksimal siswa 6 orang untuk 1 mahasiswa. Selama proses pembelajaran mahasiswa menggunakan media pembelajaran berupa video pembelajaran, permainan tebak huruf dan buku cerita bergambar. Hal ini tentunya mendapat respons positif dari pihak guru maupun orang tua siswa. Menurut salah satu orang tua siswa kelas 1 mereka sangat terbantu dengan adanya program kelas intensif ini karena ia juga tidak dapat membaca sehingga akan mengalami kesulitan jika harus mengajarkan anaknya.

Kelas intensif bersama murid kelas 2 (Dokpri)
Kelas intensif bersama murid kelas 2 (Dokpri)

Selain pengadaan kelas intensif, mahasiswa KM angkatan I juga membantu guru dalam adaptasi teknologi. Adaptasi teknologi yang dimasudkan pemanfaatan teknologi dalam proses belajar mengajar. Hampir sebagian besar guru sudah paham dan mampu mengoperasikan teknologi hanya saja penerapannya kurang dapat dilakukan karena keterbatasan sarana dan prasarana. Selain adaptasi teknologi, mahasiswa membantu administrasi sekolah seperti proses pemeriksaan dan penilaian tugas dan ujian siswa serta penginputan data siswa ke sistem.

Tidak hanya membantu dibidang belajar mengajar, administrasi dan adaptasi sekolah, mahasiswa juga membantu sekolah untuk menanam apotek hidup. Tujuannya agar menciptakan lingkungan sekolah yang hijau dan asri serta memiliki kemanfaatan bagi sekolah. Proses penanaman apotek hidup ini dengan membawa bibit dari masing-masing mahasiswa dan melakukan penanaman secara bersama-sama. Kegiatan ini mendapatkan respons yang baik dari guru. "Kami dulu pernah menanam apotek hidup tapi karena tidak terurus jadi mati". Ujar Ibu Indah selaku guru SD Negeri 45 Pekanbaru.  Kami berharap penanaman kembali apotek hidup ini akan menambah suasana baru bagi sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun