Penjual gadde-gadde berhadapan dengan MEA
Masyarakat Ekonomi Asean(MEA) yaitu pola ekonomi yang terintergrasi dengan cara atau sistem perdagangan bebas atau pasar bebas. Msyarakat ekonomi Asean adalah istilah yang hadir dalam Indonesia tapi pada dasarnya MEA itu sama saja dengan AEC atau ASEAN ECONOMIC COMMUNITY.
Mea sudah ada di depan mata kita, siap atau tidak siap kita harus menghadapinya. Ada yang beranggapan Mea itu adalah berkah, bagi mereka yang memiliki kemampuan sebab mereka dapat melihat peluang untuk mengembangkan bisnis mereka ke berbagai Negara di Asean.
Tapi…
Ada juga yang beranggapan Mea adalah bencana buat mereka, sebab mereka tidak memiliki kepercayaan diri dan kemampuan untuk bersaing dengan Negara-negara Asean.
Mungkin mereka berpikir, bersaing di Negara kita sendiri saja kita harus berjuang keras untuk dapat hidup dan bertahan, apalagi harus bersaing dengan orang asing atau orang-orang luar kita yang pasti memiliki kemampuan lebih dari kita.
Misalnya saja, penjual gadde-gadde yang mungkin dapat kita katakan sebagai entrepreneur karena mereka menciptakan lapangan pekerjaan untuk mereka sendiri atau dirinya sendiri.
Mereka membuka warung kecil-kecil di depan rumah mereka yang menjual kebutuhan hari-hari kita. Sebelum ada Mea, memang sebenarnya mereka sudah dapat bersaing tanpa mereka sadari. Mereka bersaing dengan sesama mereka yang penjual gadde-gadde di sekitar wilayah mereka. Bukan hanya bersaing dengan penjual gadde-gadde lainnya yang mereka harus pikir tapi sekarang banyaknya swalayan,supermarket,minimarket, yang ada di sekitar rumah kita yang membuka toko untuk menjual barang kebutuhan sehari-hari yang sama dengan yang di jual dengan penjual gadde Cuma bedanya mungkin pelayan yang di berikan di toko-toko besar itu lebih bagus dari pada pelayan yang di berikan oleh penjual gadde-gadde yang hanya melayani kita menggunakan daster mereka sedangkan di toko kita melihat spg-spg cantik bermake up tebal yang dengan ramah melayani kita dan toko-toko tersebut kadang memberikan diskon-diskon yang besar yang dapat menarik pembeli/konsumen seperti kita. Harus kah mereka memberi diskon buat konsumen agar dapat bersaing dengan toko besar itu agar tidak bangkrut???
Walaupun kita tau bahwa gadde-gadde tesebut pasti akan tetap ada dan terus ada karna tidak semua yang ada di toko bisa kita beli seperti yang ada di supermarket seperti rokok dapat kita beli perbatang hanya di gadde-gadde tidak dapat di supermarket..
Apalagi kalau Mea sudah masuk, orang asing itu dapat mendirikan usaha mereka di tengah-tengah masyarakat kita . mereka yang tidak tau tentang Mea hanya bisa kaget dan hanya membiarkan hal itu terjadi pada diri mereka pasrah akan keadaan. Dan  mungkin orang asing itu membawa barang-barang dari luar negeri yang mereka jual kepada kita pasti lebih murah dan mungkin kualitasnya hampir sama dengan hasil Negara kita yang dapat menarik konsumen agar dapat pindah tempat membeli. Betapa terjepitnya mereka penjual gadde-gadde dengan kondisi tersebut, dan apa yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswa yang di bekali kelas Entrepreneurship  untuk dapat membantu mereka. Apakah kita hanya jadi penonton melihat kesusahan yang mereka alami???
Padahal kan mereka juga seorang entrepreneur yang dapat membantu meningkat perekonomian Negara kita… dan tanpa kita sadari jika kita dapat membantu mereka,kita pun sudah berusaha membangun Sumber Daya Manusia(SDM) di Negara kita serta dapat menumbuhkan semangat berwirausaha atau Entrepreneurship. Oleh karna itu kita harus menjdi contoh entrepreneur yang cerdas yang dapat mengembangkan bisnis dengan brand lokal, sumberdaya lokal, sampai cita rasa lokal wajib kita miliki sebagai Entrepreneur Indonesia yang memiliki jiwa nasionalisme yang tidak hanya mengembangkan bisnis hanya untuk keuntungan semata tapi untuk menjadikan Indonesia bisa jadi tuan rumah di pasar domestik.