Mohon tunggu...
Dyah Anggraini
Dyah Anggraini Mohon Tunggu... -

Pengagum bumi, langit, dan angkasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Catatan Qnan: Recalling Masa Kecil

10 Agustus 2011   12:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:55 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Satu malam Qnan terbangun karena suara lolongan anjing. Saat terjaga, Qnan mendengar langkah seekor anjing mendekati teras depan kamar. Anjing itu sepertinya sedang menghadang binatang lain, terdengar juga bunyi lolongan kecil menyayat. Dan kemudian terdengar suara anjing melumat sesuatu. Melumat tulang, krek krek krek. Sesekali binatang itu menggeram sendiri atau terengah. Serasa di film horror saja. Hiii…

Nyali diripun kecil. Qnan tidak memiliki cukup keberanian untuk mengambil kacamata, membuka sedikit gorden kamar dan melihat apa yang tepatnya sedang berlangsung di teras depan kamarnya. Jangankan untuk melakukan hal itu, beranjak dari tempat tidur saja tidak. Hihi. Dasar penakut ya!

Qnan baru beranjak dari tempat tidur saat anjing itu sudah tidak ada lagi di sana. Karena rasa takut, penasaranpun tak terobati.

Kejadian itu membawa Qnan ke satu memori kecil di masa lalu.

Qnan ingat sekali malam itu. Malam pertama kali Qnan tidak tidur di kamar Mama dan Bapak, tetapi di kamar kakaknya. Saat itu Qnan baru menjabat sebagai siswa dengan seragam rok berwarna berani. Merah. Murid Sekolah Dasar.

Qnan semangat sekali waktu itu. Pindah kamar dan mendapat tempat tidur sendiri. Tempat tidur untuk Qnan berada di dekat jendela.

Di awal waktu tidur, Qnan memejamkan mata, perasaannya masih tenang. Tetapi hanya sekedar memejamkan mata belum terlelap. Sementara semuanya sudah tertidur, bahkan kakak Qnan. Qnan memandang ke arah jendela. Horor. Lalu kemudian secepat kilat imajinasi Qnan aktif memberikannya khayalan-khayalan horror. Maklum, masih jaman-jamannya film Friday the 13th.

Malam semakin larut hingga air putih yang Qnan minum saat makan malampun sudah melewati proses akhir; ingin dibuang. Jangankan untuk ke kamar mandi, beranjak dari tempat tidur saja tidak sanggup. Seluruh badannya terasa kaku, lemas dan dingin.

Perlu waktu cukup lama saat itu bagi Qnan untuk mengumpulkan keberanian, kekuatan untuk beranjak dan kemudian secepatnya ke kamar  Bunda dan Ayah---bukannya ke kamar mandi ya. Tentu saja Qnan tidak sanggup ke kamar mandi sendirian! Bahkan sampai usia Qnan menginjak tahun ke 8.

Qnan menyusun rencana; beranjak dari tempat tidur dan melesat ke kamar Bunda. Qnan tidak membuat keputusan untuk membangunkan kakaknya karena takut diomeli. Dengan segenap keberanian yang ada Qnan pun beranjak dan melangkah cepat ke luar kamar berbelok ke kanan dan membuka kamar  Bunda. Qnan mendapati  Bunda terbangun karena suara pintu kamar saat dibuka Qnan.

“Qnan tidak bisa tidur bu…..”ujar Qnan sedikit terbata  sesak menahan tangis.

“Tidur di sini lagi saja ya malam ini…”pinta Qnan dengan memelas plus malu juga. Karena Qnan sendiri yang ngotot minta pindah kamar.

Mama tersenyum dan membuka kedua tangannya, menyediakan tempat luas di dirinya untuk memeluk Qnan. Qnan jadi malu. Tetapi ia dekati juga sambutan pelukan itu. Pelukan aman.

“Tidak apa-apa. Baru pertama sih ya…tidur di sini dulu saja. Besok dicoba lagi pindah kamarnya..”kata Ibu menenangkan Qnan.

Qnan-pun mengangguk pelan.

“Tapi Bu, temenin pipis dulu…”

Tetap mengawali jawaban dengan senyum hangatnya, “Oo..kebelet pipis ya…hayu…”

Ayah?Terlihat lelap tak bergeming.

Tapi, keesokan paginya, Ayah terkekeh-kekeh menertawai kejadian semalam.

“Jadi pindah kamarnya?” goda Ayah.

“Jadi! Asal tempat tidur untuk Qnan jangan yang di deket jendela…”

“Memangnya kenapa?”

“Karena…dingin! Nanti Qnan bisa-bisa masuk angin…”

“Oo…gitu…” jawab Ayah sembari terkekeh lagi.

“Iya begitu. Lantas kenapa Ayah masih cengengesan gitu?”

“Engga…Ayah jadi ingat sama mimpi Ayah tadi malam. Ada anak yang ngotot pindah kamar tapi balik lagi ke kamar lamanya. Hm…suaranya sih mirip-mirip sama suara putri bungsu Ayah…” Ayah masih menggoda Qnan kecil dan masih dengan kekehannya.

“Bun, Qnan balik ke kamar lagi ya semalem? Tadi pagi enggak ada tuh di tempat tidurnya…”

Qnan? Pura-pura tidak mendengar Ayah, sibuk mengunyah roti panggang buatan Bunda. Tetapi dalam hati, Qnan sedikit dongkol,

"Ayah, bisanya ngejekin aja. Baik, mulai nanti malam Qnan akan tetap tidur di kamar kakak. Qnan hanya tidak boleh lupa minta ke kakak untuk tukeran tempat tidur, biar kakak di tempat tidur yang dekat jendela."

Little Qnan, being brave. And A grown-up Qnan, sometimes still trying to be brave.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun