Yatin Pandya, seorang aktivis dan arsitek pemilik perusahaan FOOTPRINTS E.A.R.T.H, menyampaikan upaya desain yang dapat meningkatkan kesadaran tentang sensitivitas sosial dan desain arsitektur yang berkelanjutan:
"The design should have the five fundamental concerns: timeless aesthetics, socio-cultural appropriateness, environmental sustainability, economic affordability, and structural strength and safety."
[IND] "Desain harus memiliki lima kepentingan yang mendasar: estetika, kesesuaian sosial budaya, keberlanjutan lingkungan, keterjangkauan ekonomi, dan keamanan struktural."
Hal tersebut juga berlaku pada penataan sebuah perkotaan.
Untuk menciptakan lingkungan perkotaan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, munculah inisiatif berupa gerakan hijau di perkotaan. Dalam upaya ini, berbagai langkah diambil untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, seperti penggunaan energi terbarukan, pengelolaan limbah yang lebih baik, dan peningkatan ruang hijau. Meski inisiatif yang telah disebutkan sudah diterapkan di perkotaan, seperti Kota Surabaya, beberapa diantaranya belum terlaksanakan secara optimal.Salah satunya adalah inisiatif penanaman pohon di pedestrian.
Kota Surabaya, sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, menerapkan aksi berupa penanaman pohon di pedestrian sebagai upaya gerakan hijau di perkotaan. Mengingat segudang manfaat yang dapat dihasilkan dari aksi ini, beberapa diantaranya adalah:
1. Traffic and Driver Calming
Pohon dapat membentuk desain jalanan yang aman. Jody Rosenblatt, peneliti asal Ball State University, menjelaskan bahwa pohon memperlambat rata-rata kecepatan berkendara. Selain itu, deretan pohon juga dapat memberikan batas yang jelas untuk zona pejalan kaki dan menciptakan dinding visual dalam menjaga pengemudi tetap berada di jalan.
Sebuah studi pada tahun 2003, dengan judul "Restorative Effects of Roadside and Frustration," menunjukkan bahwa pohon membantu meningkatkan ketahanan orang terhadap rasa frustasi (Cackowski J., et al, Vol.35, Isu 6, 2003).
2. Penyerap polusi udara
Pohon mampu menyerap partikel-partikel polutan udara melalui proses fotosintesis, dimana pohon dapat menghasilkan oksigen yang bersih, alhasil dapat memperbaiki kualitas udara.
3. Peredam Kebisingan
Sebuah studi pada tahun 2012 mengatakan bahwa pohon dapat meredam bunyi dengan cara mengabsorpsi gelombang bunyi oleh bagiannya, seperti daun, cabang, dan ranting (Maeril, 2012).
Selain beberapa manfaat tersebut di atas, pohon juga berperan sebagai peneduh alami dan penambah estetika melalui variasi warna, tekstur, dan ketinggian pada lansekap jalan.
Namun, seringkali penanaman pohon di pedestrian, khususnya di Indonesia, dilakukan tanpa perencanaan dan struktur yang matang, sehingga dapat merusak jalur pejalan kaki. Salah satu contohnya adalah Kota Surabaya, tepatnya pada Jalan Gubeng Airlangga, dimana akar pohon merusak infrastruktur dan sistem jaringan jalan, alhasil ubin pemandu untuk disabilitas mengalami kerusakan, dan fasilitas bagi pejalan kaki belum terpenuhi.