Mohon tunggu...
Revita Dyanbara
Revita Dyanbara Mohon Tunggu... Human Resources - Manager HRD-GA

Dari kecil belajar nulis tapi tulisannya tetap jelek.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Sedekah "Hilang" Sedekahnya

21 Juni 2022   23:17 Diperbarui: 21 Juni 2022   23:41 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bersedekahlah maka seribu kebaikan akan datang kepadamu, mungkin kata-kata mutiara tersebut tidak asing ditelinga kita. Memang seperti itu yang terjadi bila dilakukan dengan keyakinan dan ikhlas. Hal itu sudah dijamin dalam beberapa kitab agama mana pun yang menandakan bahwa sedakah adalah sebuah kebaikan.

Dalam segala hal bersedakah adalah hal yang mulia tujuannya, namun di era yang lebih baru karena banyaknya cara untuk melakukan hal baik seperti sedekah justru banyak menimbulkan banyak permasalahan. Dimulai dengan sedekah iming-iming kaya, atau sedekah berhadiah mobil, bahkan sedekah berhadiah liburan. 

Memang secara tujuan baik, mungkin untuk mengajak banyak orang untuk melakukan sedekah biasanya dengan slogan "akhirat dapat dunia juga dapat".

Tapi esensi sebenarnya dari sedekah adalah memberi dengan ikhlas tanpa mengharap apapun kembali kecuali ridho sang maha kuasa. Tanpa dibatasai oleh nominal waktu atau pun tempat bersedakah hal yang mulia karnanya akan hilang esensi bersedekah bila harus diatur nominal atau nilai, waktu, ataupun tempat bersedekahnya. 

Belum lagi sedekah memiliki cakupan yang lebih luas dari infaq dan zakat secara jenis dan hukumnya, jika zakat ditentukan syaratnya dan infaq ditentukan barang atau materinya, justru sedekah tidak ada syarat tertentu dan barang atau materinya tidak ditentukan bahkan apabila itu hanya sebuah senyum.

Maka dari itu penulis menyarankan agar pembaca tetap bersedekah namun tidak menghilangkan esensi dari sedekah itu sendiri. Tidak harus dalam nilai besar atau berupa barang besar yang berharga tinggi, cukup seadanya namun ikhlas adalah sebaik-baiknya memberi. 

Akan beda cerita apabila dalam bersedekah terselip niat untuk ingin di kenal atau berharap mendapatkan sesuatu maka akan berkemungkinan mendapatkan sebuah kekecewaan karena adanya ekspetasi di luar keikhlasan dan keridhoan.

"Jagalah diri kalian dari neraka meskipun hanya dengan sedekah setengah biji kurma. Barang siapa yang tak mendapatkannya, maka ucapkanlah perkataan yang baik." (HR. Bukhari) berikut adalah hadits yang sejalan dengan rasa ihlas dan hanya mengharap ridhlo Tuhan Yang Maha Esa. 

Maka sangatlah jelas bahwa bersedekah adalah sebuah kegiatan yang mulia yang akan menenangkan hati karena ihlas bukan sebuah kecemasan karena berharap pada ekspetasi mendapatkan sesuatu.

Semoga kita dapat mengambil kebaikannya dan dijauhkan dari kerugian, Waallahu A'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun