Mohon tunggu...
Dyah Wahyu KusumaYanti
Dyah Wahyu KusumaYanti Mohon Tunggu... -

a person who love pink so much

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Peristiwa Ban Kempes--Sebuah Tinjauan Personal

29 Desember 2011   09:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:37 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku kasihan sama si albie-nama mobil kesayanganku- bannya udah tertusuk paku berkali-kali. Udah 3 kali lebih aku harus menerima kenyataan ban sebelah kiri (knapa slalu sebelah kiri belakang) kempes tak bernyawa. beruntung ada tukang tambal ban tubles (yg ini aku ngga ngerti artinya) deket rumah,, Pertama kali kunjunganku ke situ, dia berhasil menemukan sebuah paku besar, yap besar menurut ukuranku, karena lubang yg ditimbulkan bisa dimasuki sebuah sedotan (jadi inget jaman dulu, kalo ke kondangan dikasih softdrink yang tutup botolnya ga dibuka, tapi ditusuk pake paku, baru dimasukin sedotan,hehehe). yang aku herannya adalah, si bapak tukang tambal ban tubles itu kesulitan mencabut paku (dan aku harus menunggu 10 menit sampe dia berhasil mengeluarkan paku dari ban albie)...dan ketikan dia menunjukkan padaku, kami (aku dan si tukang tambal ban tubles) keheranan karena pangkal paku itu tanpa kepala, jadi susaaah banget dicabutnya, jg aku herannya kenapa bisa ngga ada kepalanya, dan sepertinya abis dipotong gitu...huuff,,,aku tak ambil pusing setelah kunjungan pertamaku itu.
Kunjungan kedua, ketiga, dan kesekian kalinya,,,aku sering sekali harus bolak-balik ke tukang tambal ban dan tambah angin (aku tidak mengerti kenapa dua profesi ini harus dibedakan, sama aja kan sebenernya?). Sekitar beberapa hari yang lalu, aku panik ketika aku keluar dari kantor jam 9 malam (karena lembur donk!!! demi negara) dan baru sadar bensinku abis dan si albie mulai berteriak-teriak,,,(tandanya dia teriak adalah ada alert orang terang menyala-nyala di dashboard....), akhirnya aku melaju kencang menuju pom bensin terdekat, untunglah, albie selamat....tapi,,,yang bikin deg2an...si penjaga SPBu langsung ngingetin.."mbak, mbak ini mobilnya bannya kempes tuh...cepet cari tambah angin, daripada kenapa di jalan".
jreng-jreng...oke. jam 9 malam, sendirian, ban kempes (baca:kempes banget), dan akutau betul daerah situ slalu sepi dan ga ada tukang tambal ban...tapi timbullah jiwa kepahlawananku dan perjuangan demi nasib diri sendiri. aku pun memutuskan berputar2 berkeliling mencari tukang tambal ban atau tukang tambah angin, atau tukang tambal ban tubles, whatever,, yang penting ada. setelah berputar selama setengah jam, aku masih belum menemukannya, hatiku remuk mengingat kondisi ban yang sudah tidak memungkinkan dibawa berjalan lebih jauh lagi, akhirnya aku memutuskan pulang (baca:balik) ke kantor lagi, dan rasanya hidupku sedikit terang ketika aku melihat dua security yang nampak seperti pahlawan bagiku malam itu. langsung mreka tanggap dan mencarikan tukang tambah angin.huff..singkat cerita malam itu aku aman dan selamat sampai di tujuan.
keesokannya banku baik-baik saja, tapi 3 hari kemudian, dia kambuh lagi, dan aku lagi-lagi mencari tukang tambal angin. menyebalkan sekali..dan lebih menyebalkan kemarin. ketika aku sibuk dan buru-buru harus kekantor, bannya kempes lagi, beruntung aku masih di rumah.
dengan didorong keinginan kuat untuk menyelamatkan kondisi ban maka aku memutuskan mampir ke "dukun ban" (sebutan yang aneh) untuk memeriksakan ban albie. walhasil ditemukan 2 paku besar yang sudah nancep..hiiiyy sereem.
kenapa siy paku-paku itu ada di jalanan? aneh kan? masa siy si penjual paku itu begitu-amat-sangat ceroboh? lalu aku ingat, beberapa waktu lalu, ditemukan begitu banyak ranjau (baca:paku) yang bertebaran di jalanan, bukan hanya jalan kecil tersembunyi, tapi juga jalan-jalan besar macam Semanggi-HI, gila kan? Polisi pun sampai-sampai bikin mobil khusus untuk membersihkan ranjau-ranjau itu, mereka pun di hari-hari pertama beroperasi sudah dapat 25 kg! that's great! itu kan bukan jumlah yg kecil? masa si pedagang paku rela kehilangan berkilo-kilo gitu hanya karena kecerobohan? rupanya tidak, adanya ranjau darat itu karena kesengajaan. beberapa waktu lalu, di sebuah stasiun TV swasta melalukan semacam penyelidikan dan menemukan seorang oknum tukang tambal ban/tukang tambal ban tubles/tukang tambah angin yang dengan sengaja menebarkan ranjau darat di jalanan setiap hari sebanyak 5 kg dan dia menyebutkan bahwa keuntungan yang diperoleh adalah 5 kali lipat dari modalnya untuk membeli paku. WHATTTT???? garis bawah! KEUNTUNGAN. Sejak kapan kempesnya ban seseorang di jalanan, malam2 itu adalah keuntungan???? ketika kemacetan sedang terjadi, dan tiba-tiba ada ban sebuah mobil yg kempes di tengah-tengahnya sedangkan salah satu yang terjebak kemacetan itu adalah orang yang sedang akan melahirkan??? apa itu sebuah keuntungan?
jelas aku tak habis pikir. apa mereka tidak bisa menangkap penjelasan guru-gurunya di waktu sekolah dulu? atau mereka tidak pernah bersekolah? atau pesan dari guru-guru mereka yang tidak tersampaikan dengan baik? aku jadi teringat waktu SD setiap ujian mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) diajarkan bahwa, seseorang akan disebut bermoral baik jika dia berjalan dan menemui paku atau batu atau ranting pohon di jalanan, dia harus menyingkirkannya demi untuk melindungi orang lain.
Aku jadi menyesal kenapa ya justru pendidikan dengan kurikulum tersebut malah dihilangkan? coba deh, sekarang namanya aja diganti menjadi "PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan" tuh, kan,,jadinya bangsa kita tidak bermoral.
mmmm lalu apa ya motifnya? jelas ingin usahanya laku. kenapa dia tega berbuat itu? karena tidak bermoral? aku rasa bukan, ini karena kebutuhan ekonomi yang sangat mendesak. lihat saja sistem ekonomi kita yang justru mematikan usaha kecil. beberapa waktu lalu, usaha tekstil kita hampir gulung tikar akibat pemerintah membiarkan import tekstil super murah dari negara tetangga, belum lagi batik, yang sudah diklaim milik bangsa eh malah tutup mata dengan import batik cina super murah. apalagi model usaha super kecil, bagi pemerintah mungkin kasat mata. inilah jadi pembuka mata bagi kita semua, bahu membahu memperbaiki bangsa...jalan masih panjang, bangsa ini masih muda, negara kita besar dan penuh dengan sumber daya? haruskan kita merusak dengan sistem ekonomi yang hanya menguntungkan pihak dan golongan tertentu saja?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun