Mohon tunggu...
Dyah Tribuwana
Dyah Tribuwana Mohon Tunggu... Penulis - Defense Analyst, Master of Defense, The Republic of Indonesia Defense University

Together, Understanding Indonesia Better

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Damai Dimulai dari Pikiran Kita

28 Agustus 2024   12:05 Diperbarui: 28 Agustus 2024   12:16 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perdamaian di Indonesia bukanlah sesuatu yang datang begitu saja. Ia adalah refleksi dari pola pikir kita yang perlu terus dilatih dan dijaga. Sayangnya, dalam dunia pendidikan di Indonesia, kita masih menghadapi tiga dosa besar: kekerasan seksual, perundungan, dan intoleransi. Jika kita ingin menciptakan generasi muda yang mampu membawa perdamaian, kita harus menghapuskan tiga dosa ini dari sistem pendidikan kita.
Mengubah pola pikir generasi muda bisa dimulai dengan menerapkan teori Ladder of Inference dari Chris Argyris. Teori ini mengajarkan kita untuk melatih cara berpikir yang lebih kritis dan reflektif. Dalam teori ini, kita belajar untuk tidak langsung membuat kesimpulan, melainkan memahami fakta dengan lebih mendalam dan bertahap. Dengan demikian, kita dapat belajar untuk berpikir lebih objektif dan bijaksana dalam menghadapi berbagai situasi.

Untuk membentuk pemimpin masa depan yang cerdas emosional, terbuka pikirannya, hatinya, dan kehendaknya, kita harus mulai dari pendidikan yang menanamkan nilai-nilai empati. Pemimpin dengan open mind, open heart, dan open will mampu memahami dan merespons kebutuhan orang lain dengan lebih baik. Mereka tidak hanya berpikir untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk kepentingan bersama.

Mengasah empati di kalangan generasi muda bisa dilakukan dengan melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan sosial dan komunitas perdamaian. Melalui interaksi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda, mereka bisa belajar untuk memahami dan menghargai perbedaan. Ini adalah langkah penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan damai, yang pada akhirnya akan membangun ketahanan nasional.

Namun, dalam upaya mempertahankan dan menjaga perdamaian, kita harus ingat bahwa tidak dapat dihindari, kita juga harus siap untuk menghadapi total warfare. Kesiapan ini bukan berarti kita mencari konflik, tetapi memahami bahwa pertahanan yang kuat adalah bagian dari strategi perdamaian yang berkelanjutan. Hanya dengan siap siaga, kita dapat memastikan bahwa kedamaian yang kita bangun tidak mudah tergoyahkan oleh ancaman dari luar.

Ketika kita berhasil membentuk komunitas yang damai di tingkat sekolah dan masyarakat, keamanan negeri pun akan semakin kuat. Sebab, ketahanan nasional tidak hanya dibangun dari kekuatan militer atau ekonomi saja, tetapi juga dari kohesi sosial dan kedamaian yang terjalin di antara warganya. Dengan begitu, kita bisa menciptakan Indonesia yang damai, aman, dan sejahtera untuk semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun