Biarlah mereka mengumbar narasi membalut janji
Laksana nyala api unggun menembus gulita di malam hari
Yang siapapun akan larut mengikuti, menuai mimpi menghunus diri
Di kala kegetiran hidup seperti tersiram oleh manisnya gulali
Begitu malam ditingkahi pagi tergulir mentari
Terasalah, betapa realita tak seindah dalam lukisan kata-kata
Merdu syahdu terbungkus lagu, mengoyak kalbu yang dilanda bisu
Menggugah risau bertabur gundah gulana
Menebar harapan memang mudah
Apalagi berbumbu iming-iming kepada yang lemah segalanya
Namun, betapa sulitnya manakala harus dijawab dengan fakta realita
Dan, sejarah yang tak terbantahkan 'tlah membuktikannya
Propaganda hanyalah isu memanis madu
Kampanye hanyalah tipu palsu sehalus sutra
Meyakinkan kepada sang kebanyakan agar mengamininya
Berebut kedudukan dengan paksa adalah yang sesungguhnya
Keadilan dan kemakmuran bagi keseluruhan yang disuarakan
Keadilan dan kemakmuran bagi keseluruhan yang dtawarkan
Keadilan dan kemakmuran bagi keseluruhan yang dijanjikan  Â
Dari pemilu ke pemilu, selalu berujung hanya begitu
Nyanyian nisbi selalu membahana meruang angkasa
Dalam siklus mode lima tahunan yang masih digemari
Sementara, hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Masih mengambang sawang meggelantung tak membumi di negeri ini ....
*****
Kota Malang, Desember di hari kedua puluh sembilan, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H