Mitigasi Krisis Pangan, adalah suatu tindakan mengurangi dampak bencana yang ditimbulkan akibat terjadinya kelangkaan pangan yang dialami sebagian masyarakat di suatu wilayah yang disebabkan oleh kesulitan distribusi pangan, dampak perubahan iklim, bencana alam, serta konflik sosial termasuk perang.
Menurut Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi, krisis pangan memiliki tingkatan tertentu. Suatu negara dikategorikan mengalami krisis pangan apabila sudah tidak bisa menjangkau makanan, tidak ada makanan yang tersedia, bahkan sampai kekurangan gizi dan mengalami gizi buruk.
Prognosa Neraca Pangan Nasional mencatat, sampai dengan akhir Desember 2022 komoditas yang mengalami surplus antara lain beras sebanyak 7,5 juta ton, jagung 2,8 juta ton, kedelai 250 ribu ton, bawang merah 236 ribu ton, bawang putih 239 ribu ton, cabai besar 53 ribu ton, cabai rawit 72 ribu ton, daging ruminansia 58 ribu ton, daging ayam ras 903 ribu ton, telur ayam ras 191 ribu ton, gula konsumsi 806 ribu ton, dan minyak goreng 716 ribu ton.Â
Dari sejumlah komoditas tersebut beberapa terjamin stoknya adalah karena setelah dilakukan importasi, bukan swasembada, seperti beras, kedelai, bawang putih, daging ruminansia, dan gula konsumsi.
Krisis (darurat) yang dimulai dari rapuhnya ketahanan pangan dan kedaulatan pangan, bukan tidak mungkin akan meluas menjadi krisis multidimensional. Sebab, pangan adalah variabel faktor fundamental dari kehidupan, mati hidupnya suatu bangsa akan ditentukan oleh ketahanan dan kedaulatan pangannya.
Menatap situasi dan kondisi negeri ini dalam kurun terakhir ini, maka bagaimanakah sebenarnya manakala pemerintah dalam menghadapi krisis pangan yang sudah mulai dirasakan kecenderungannya? Dan, krisis pangan dimaksud tak hanya negeri ini saja yang merasakannya. Namun sebagian besar negara-negara di dunia pun mengalami juga, tanpa terkecuali. Itulah yang pada akhirnya mengerucut menjadi dan bernama krisis global.
Keseimbangan Alam Terkoyak, Krisis Pangan Menyeruak
Tuhan menciptakan alam semesta dengan keseimbangan yang sempurna (QS. Al-Mulk 67:3-4). Namun keserakahan manusia telah merusak sistem keseimbangan ciptaan Tuhan sehingga mengakibatkan berbagai bencana.
"yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?" (QS. Al-Mulk 67: Ayat 3)
"Kemudian ulangi pandangan(mu) sekali lagi (dan) sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih." (QS. Al-Mulk 67: Ayat 4)
"yang membuat angin sebagai suruhan-suruhan-Mu, dan api yang menyala sebagai pelayan-pelayan-Mu," (Mazmur 104:4)