Meski gempita menyeruak kian marak
Membludak bagai cendawan di musim kering tanpa tetesan hujan
Merindulah bara api melelehkan kebuntuan kalbu pada keinginan
Menyibak kelambu gelap meningkahi terang padang gersangÂ
Membingkai sepinya cita harap pada keluhungan wujud langgam agung
Rundung gelisah yang membongkah menukik jiwa di belantara angkara durjana
Karena sang sujana tengah mengasah, bergulat dengan waktu yang melaju
Menjemput saat yang tepat bilamana diejawantahkan
Di keriuhan para perompak berjubah bermahkota intan permata bagai sang aulia
Membungkam para kebanyakan dengan janji mimpi yang tak mungkin kuasa dibeli
Dengan kucuran darah dan kurasan air mata