Dalam puisi, aku bersikap atas nama diriku sendiri
Sebagai warga yang mandiri di negeri ini
Dan, maafkanlah bila menyuarakan perihal ini
Ketika suara hati tak tertahankan lagi ...
Kembali mencuat, polemik bersitabik
Tabik tuan, kami khilaf
Apa-apaan pula ini?
Kata si Ucok dan para sang kebanyakan yang tak mau tahu
Sandiwara berpura-pura, ataukah siasat karena terlanjur sudah
Tercium aroma tak sedap, terkuak belangnya
Hingga pada kebakaran jenggot
Bingung, panik  dalam asyik ...
Mengapa jadi berbuntut panjang?
Bukankah dia adalah serdadu aktif?
Dipaksakanlah hanya demi kenyamanan
Kepada publik agar tak riuh berceloteh, nyinyir melintir
Upaya meyakinkan, meredam ledakan
Karena terlalu dan terlalu naif untuk disampaikan
Namun, apa hendak dikata bila sudah kadung basah?
Tak ada akar, kayu bakar pun jadi ...
Lha wong nyata dan gamblang terjerat
Koq, maunya berkelit dengan dalih berdalih
Mengulang kembali pada kisah klise
Yang telah tutup buku menuju lembaran baru
Dan, terbarukan ...
Inikah yang bernama integritas yang acapkali lantang disuarakan?
Kembangkan payungmu dengan kencang
Wahai sang penegak keadilan!
Bila tak ingin dikata melangkah mundur selangkah
Bahwa tindak pidana penyelewengan, penyalahgunaan pulus negara
Dilakukan secara berjamaah bagi yang tunduk pada peradilan serdadu dan peradilan umum
Lugas saja nyatakanlah, kalian punya hak dan wewenang!
Janganlah jadi pak-bu turut yang gampang diombang dan diambing
Oleh siapapun jua!
Kembalilah kepada khitah, bahwa ...
"Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya"
Apakah aku di sini, yang jauh ini, harus mengajari?
Rasanya, seperti menggarami lautan lantaran kurang pekerjaan
Tak pelak banyak orang berkata
Negeri wakanda dengan sejuta atraktif nan akrobatik
Mengalahkan lakon lawakan di atas lakon lawakan yang melegenda
Tenggelamkan nalar logika sederhana bagi siapa saja
Selama masih sebagai manusia, sadarilah ...Â
*****Â