Terasalah sudah bila kita memang merasa
Di kala waktu terus bergulir melaju mengukirÂ
Yang tak seorangpun kuasa menghentikannya
Memakan usia di ruang yang tengah dijalani
Hingga sampailah nanti pada perhentian
Dan, kita takkan pernah tahu bilakah saatnya tiba
Namun, senja yang merambah semesta tak bisa dipungkiri
Begitu pula atas diri kita yang mulai menapak
Serak suara tak lantang lagi kala berucap
Langkah lamban tak kencang lagi kala berjalan
Ngilu rapuh tulang tak setegar kala fajar membadar
Menghinggapi diri tak bisa dihindari ...
Apa yang 'tlah dibukukan di sepanjang perjalanan yang kita lalui?
Putihkah?
Hitam kelamkah?
Atau kelabu?
Senja menghela semesta, apalah daya kuasa kita
Bumi berguncang, bah bandang menggerayang, cakrawala kelam merona
Perang antar sesama tiada hentinya
Adalah sentilan warta dari-Nya
Kiranya, gejala penanda akan tibalah saatnyaÂ
Dan, bergembiralah bagi siapa saja yang siap menyambutnya ...
*****
Kota Malang, Juli di hari kesembilan, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.
Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H