Hingar bingar yang mulai menyeruak
Hiruk pikuk getarkan bulu kuduk
Menggoyang biduk mengusik periuk
Laksana kuda binal liar lepas dari istal
Lalu menari dan berputar-putar
Pancaran surya terhalang mendung turunkan hujan
Genderang ditabuh bertalu-talu
Isyaratkan pertarungan telah dimulai
Gerilya safari kesana kemari ke seantero pelosok negeri
Menembus onak duri menyibak rimba belantara
Bersuara lantang gegap gempita mengangkasa
Hanya demi rebut kemenangan di ajang pesta
Pesta bagi yang dahaga menjadi sang penguasa
Dan, aku masih bertahan berdiam diri di sini
Tegak berdiri mempersiapkan diri sendiri
Merevolusi diri dengan strategi dan cara tersendiri
Tak melarutkan diri di kancah pertarungan mereka
Karena bukan merah, kuning, hijau ataupun biru yang kumaui
Bukan pula abu-abu ragu kelabu yang kukehendaki
Aku hanya ingin menjadi putih tak terkontaminasi
Oleh sana dan oleh sini, oleh siapapun yang berambisi
Sebab, bagiku menjadi putih adalah sikap dan pilihan jua
Bagimu, silakan saja dengan cara dan gayamu
Tanyaku kepada siapapun
Menjadi putih, apakah dosa, apakah pidana?
*****
Kota Malang, Juni di hari ketujuh belas, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.