Kawan, hanya ini yang bisa kusampaikan kepadamu. Dan, semoga engkau masih bisa membacanya dari balik jeruji sel bui-penjara yang tengah mengungkungmu saat ini ...
Kuatkanlah dirimu, teguhkanlah dirimu, setelah sekian tahun engkau harus mendekam di sel bui-penjara sebagai konsekuensi logis atas sanksi hukum yang harus dijalani. Boleh jadi, aku sendiri pun belum tentu bisa sekuat dan seteguh engkau tentang bagaimana betahnya hidup mendekam di dalam sel bui-penjara. Harus kuakui dan kusadari itu, kawan. Tanpa harus berucap kata, lain di mulut lain di hati ...
Namun, tak ada salahnya, kan? Bila di antara kita untuk selalu dan selalu pada sisi saling mengingatkan dan saling memberi masukan tentang kebajikan dan kebajikan, tanpa berlebihan ataupun merasa seolah diri ini adalah sang aulia yang bersih tanpa cela, noda dan dosa di setiap ucapan dan tindakan yang tengah dijalani di dunia yang fana ini, dan pasti akan menuju akhirnya bila saatnya tiba. Kata maaf pun harus kusampaikan kepadamu agar tak ada mispersepsi di antara kita dalam sambung komunikasi sebagaimana biasanya, apa adanya ...
Tinggal beberapa bulan saja, koq, engkau bebas lepas dari sel bui-penjara, setelah pernah engkau sampaikan kepadaku tentang perhitungan sanksi kurungan yang harus engkau jalani dan selesaikan, dari sejak vonis yang diputuskan atas dirimu oleh sang pengadil hukum di negeri ini ...
Semoga di sel bui-penjara, engkau benar-benar dapat memetik hikmah dari akibat tindak pidana berat yang pernah engkau mainkan sehinga harus menjalani sanksi 7 tahun sekian bulan di dalam sel bui-penjara ... Â
Dan, di kala nanti engkau sudah bisa menghirup udara bebas, keluar dari sel bui-penjara lantaran memang sudah pada saatnya, maka terimalah saran sederhanaku ini:
- Jangan sekali-kali engkau mengulanginya
- Hiduplah secara biasa-biasa saja, normal standar biasa seumumnya saja, selayaknya manusia hidup di dunia
- Mulailah dengan lembaran baru dengan mendayagunakan secara optimal atas segala karunia Tuhan yang dilimpahkan kepada dirimu
Itu saja saranku kepadamu, kawan. Engkau terima saranku ini, silakan, tidak pun silakan. Bagiku, tiada paksaaan di dalam memiilih dan menjalani sebuah tatanan hidup ...Â
Kawan, kutunggu saatnya engkau lepas bebas dari sel bui-penjara. Betapa akupun ingin saksikan engkau duduk di atas pelaminan, karena akupun tahu, bila kekasihmu masih setia menunggumu di sini, merindu dendam dalam ikatan janur melengkung yang diridhai Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Segala ...
Semoga, semoga, dan semoga. Amin.
Salam Seimbang Universal Indonesia_Nusantara ...