Memang kenapa? Ada yang istimewa, ya? Lantas, dirayakan dan diumumkan bernuansa pentasbihan? Begitukahbiasanya?
Ah, bagiku biasa saja, bersahaja saja. Sebab aku bertolok ukur pada prinsip, hakikat dan esensi menjadi kolumnis ataupun jurnalis, yang menulis untuk menuangkan pemikiran jernih penuh dengan keseimbangan karena fakta realita yang tak mengada-ada. Tabu bagiku menulis karena menuruti selera dan korbankan prinsip jurnalistik. Apalagi bila dikangkangi oleh muatan politis yang serba kapitalistis.
Sekali lagi, biasa saja! Meski telah bersematkan penjelajah sebagai jurnalis di ruang yang menampungku di sini.
Bagiku, menulis adalah karena panggilan jiwa. Bukan hanya karena agar menjadi terkenal, memburu omzet setoran dan memperdagangkannya. Sementara, tulisan yang terbaca tak bermakna bagi sosial, budaya dan peradaban manusia dan semesta alam dalam naungan Tuhan Yang Maha Esa, buat apa?
*****
Saat transit di Lumajang, November di hari ketiga belas, Dua Ribu Dua Puluh Dua.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H