Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kali Ini, VOC Modern Namanya

4 November 2022   19:16 Diperbarui: 5 November 2022   08:04 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Vereenigde Ostinindische Compagnie yang disingkat VOC adalah Perusahaan Hindia Timur Belanda, yang secara resmi bernama Persatuan Perusaahaan Hindia Timur.  Menurut sejarah, didirikan pada 20 Maret 1602, merupakan persekutuan dagang asal Belanda yang memiliki monopoli untuk beraktivitas perdagangan di Asia. Dinamakan Hindia Timur karena ada pula Westindsche Compagnie yang merupakan persekutuan dagang untuk kawasan Hindia Barat.

Itulah perusahaan multinasional pertama di dunia dalam sejarah di awal abad 17 yang sekaligus sebagai perusahaan pertama yang mengeluarkan sistem pembagian saham. Salah seorang pemegang saham VOC terbesar bernama Issac Le Maire, sang pengusaha dan investor keturunan Yahudi berasal dari Walonia yang sekarang adalah Belgia.

Di kalangan orang Indonesia, atau juga Malaysia, sebutan populer bagi VOC adalah Kompeni atau Kumpeni akibat kesulitan mengucapkan kata Compagnie yang boleh jadi kurang familar bagi orang Indonesia atau Malaysia, maka diambil mudahnya dalam mengartikulasikannya menjadi Kompeni atau Kumpeni yang prinsipnya merujuk pada makna perusahaan. Pasca bangkrutnya VOC pada 1799, istilah Kompeni kemudian mulai digunakan secara umum dalam bahasa sehari-hari dalam merujuk ke pemerintah dan tentara Belanda lantaran penindasannya kepada rakyat Indonesia. 

Ya, penindasan atau penghisapan itulah esensinya, VOC hadir di Indonesia_Nusantara saat itu setelah mengalahkan pesaingnya, yakni Inggris, Prancis, Spanyol dan Portugal dalam perebutan wilayah koloni. Apalagi, bumi Indonesia_Nusantara sangat potensial untuk dikuras SDA-nya dan dieksploitasi SDM-nya dalam meraup keuntungan ekonomi sehebat-hebatnya. itulah watak VOC yang kapitalis_liberalis dan imperialis_kolonialis. 

Lantas, apakah watak dasar VOC yang kapitalis_liberalis dan imperialis_kolonialis itu telah lenyap dari bumi Indonesia_Nusantara setelah kita menyatakan diri sebagai negeri merdeka pada 17 Agustus 1945?

Terngianglah akan kata-kata Bung Karno, bahwa "Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri". Lebih-lebih dalam wujud dan wajah VOC modern dari kalangan kita sendiri, kaum kita sendiri dan bangsa kita sendiri yang lebih hebat satrategi dan taktiknya yang didukung oleh kecanggihan teknologi yang serba modern. Dan, pada prinsipnya adalah tak jauh beda dari watak dasar VOC kuno pada masa penjajahan Hindia Belanda, bahkan saat ini, VOC modern itu lebih super hebat daripada VOC masa lampau ...

Siapakah yang menguasai tanah perkebunan yang berjuta-juta hektar, utamanya yang di luar Jawa? Siapa yang menguasai, yang mengeksploitasi dan mengksplorasi hutan, pertambangan dan SDA lainnya di bumi Indonesia_Nusantara saat ini? Adakah pararelisasi antara badan usaha-badan usaha swasta di negeri ini saat ini dengan watak dasar Kompeni di masa imperialis_kolonialis Hindia Belanda?

Itulah wajah dan wujud VOC modern, VOC kekinian abad 21 yang maha hebat daripada VOC kekunoan di abad 17 ...

*****

Kota Malang, November di hari keempat, Dua Ribu Dua Puluh Dua.     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun