Bertanyalah sang Awam kepada sang Bijaksana,Â
"Kenapa, koq menggunakan kata project, wahai sahabat nan bijaksana?" Sang Bijaksana pun menjawab dengan begitu ramah kepada sang Awam,Â
"Ya, lantaran kata proyek di jaman ini, lebih berkonotasi negatif. Kecenderungan pada mendulang keuntungan pribadi atau golongan, dan cenderung bancakan kue keuntungan bagi yang punya posisi dan jabatan atas sebuah pekerjaan. Tanpa menoleh kanan-kiri hajat hidup orang banyak."
"Simpelnya, sahabat?" Kejar sang Awam bertanya. Dan, sang Bijaksana tak sedikitpun keberatan dalam memberikan jawaban secara gamblang.
"Sahabatku yang kukasihi, ini adalah bicara gambaran nyata yang ideal, seperti yang dicontohkan oleh para nabi atau rasul terdahulu dan para pendukungnya yang sama-sama berjuang membangun tatanan hidup seimbang dalam suatu kawasan."
Sang Awam menyimak penjelasan dari sahabatnya, sang Bijaksana dengan sungguh-sungguh. Maka dilanjutkanlah penjelasan yang ditanyakan olehnya.Â
Project atau Projek, adalah rencana pekerjaan dengan sasaran khusus, dan dengan saat penyelesaian yang tegas. Terprogram, terencana, teratur dan tertata menurut tahapan yang harus dilalui dalam kesatuan yang jelas. Agar tercapai tujuan menurut konsepnya, tidak melenceng atau menyimpang. Adapun sasaran khusus yang dimaksudkan adalah tatanan hidup seimbang di keseluruhan aspek hidup dan kehidupan menurut ajaran Tuhan dalam suatu kawasan.Â
Begitulah yang telah dicontohkan pada kehidupan para nabi atau rasul. Sedangkan ajaran Tuhan yang dimaksud telah tersebut di dalam Zabur pada praktik Daud (David), Taurat pada praktik Musa (Moses), Suhufi pada praktik Ibrahim (Abraham), Injil pada praktik Isa (Yesus), dan Al-Quran pada praktik Muhammad, serta yang dipraktikkan oleh para nabi atau rasul lainnya. Prinsipnya, semua nabi atau rasul adalah pembawa misi yang sama, dan tidak ada perbedaan di dalamnya, yakni misi ajaran Tuhan bagi umat manusia yang universal. Tanpa memandang suku bangsa apa, agama apa, ras apa, dan golongan apa, yakni menegakkan nilai dan prinsip kebajikan universal ke dalam tatanan hidup seimbang berdasarkan ajaran Tuhan yang universal pula. Itulah inti dalam praktik hidup dan kehidupan manusia yang dimaui oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Nah, tatanan hidup seimbang dalam suatu kawasan tersebut, di dalamnya menyangkut keseluruhan aspek hidup dan kehidupan manusia. Mulai dari keseimbangan memperlakukan jasad dirinya, keluarga, lingkungan, antar keluarga hingga dalam skala besar yang disebut bangsa, bahkan dunia. Menyangkut pendidikan, ekonomi, sosial adab dan budaya, yang kesemuanya muaranya adalah keseimbangan, harmonis, adil, sejahtera, saling kasing sayang, saling memakmurkan bagaikan satu tubuh. Dimana jika salah satu anggota tubuh itu menderita sakit, maka menderita pula anggota keseluruhan tubuh itu.
"Karenanya, mungkinkah tatanan hidup seimbang di keseluruhan aspek hidup dan kehidupan dimaksud, bisa ditegakkan, dibangun tidak dalam satu kawasan, dan terpencar-pencar?" Tanya sang Bijaksana kepada sahabatnya, sang Awam.