Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Memang Harus Kami Akui

30 September 2022   02:24 Diperbarui: 30 September 2022   02:32 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami takkan mengelak, takkan mengelak! Manakala dikata bila masih belum apa-apa. Ya, memang! Namun, kami masih mau menjadi apa-apa. Kami bergerak, tak diam seribu bahasa. Tak hanya duduk bersila dengan mimpi setinggi langit, kaki melepas bumi. Berangan dan berangan hanya menanti durian runtuh. Tidak! Bukan itu! Seperti yang kalian sangka, kalian kira.

Berseru kami selalu di antara debu yang menderu. Tentang arah yang semustinya ditegakkan, tak hanya kata wacana belaka. Tak hanya berkutat dalam genangan rancangan, rumus, angka, dan bergumul dalam kata bahasa retorika.

Bukankah kita sedang dihadapkan pada kepelikan yang sama? Memperjuangkan jalan keluar, lepas dari hingar bingar timpangnya budaya dan peradaban, seperti yang tengah kita saksikan bersama saat ini. Lalu, haruskah terus saling berbantah-bantah tiada henti? Buat apa?

Menjawablah kami dengan gerak aksi setapak demi setapak. Lewati hamparan kerutan kata bersawala. Lantaran itu percuma, takkan membawa berkah dan anugerah. Hanya akan sampai pada onggokan gumpalan yang kian parah, tanpa cerah. Sadarilah! Jikalau mau menyadari. Dan, kami takkan mengobral janji. Karena kami tengah bernyali tegakkan satu bukti. Gambaran kepastian yang telah diyakini dari Ilahi, bukan angan mimpi yang jauh panggang dari api ...

Tatanan hidup seimbang, teratur, adil sejahtera nan universal, itulah arah yang seharusnya ditegakkan dalam gerak bersama, kerja bersama di ruang dan waktu yang disiapkan oleh Tuhan semesta alam. Bergegaslah, sambutlah bila saatnya tiba nanti yang tak mungkin kita lari dan menghindari ...

*****

Kota Malang, September di hari ketiga puluh, Dua Ribu Dua Puluh Dua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Bait Allah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun