Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Shalat sebagai Program Pembinaan Pembangunan Pribadi Muslim

7 Mei 2022   17:32 Diperbarui: 9 Mei 2022   08:42 2468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara etimologis, arti shalat adalah doa, dzikir maupun patuh. Dikatakan doa, karena ada bacaan shalat yg bersifat permohonan kepada Allah. Contoh doa yg selalu diucapkan berulang-ulang dalam shalat, dan merupakan doa yang paling penting dan utama bagi setiap hamba Allah :  ihdinash-shirathal-mustaqiim -- Tunjukkanlah (pedomanilah -- melalui Ajaran-Mu) jalan yang benar (menuju kehidupan yang ideal (kehidupan jannah, surga, tatanan kehidupan seimbang, QS Al-Fatihah : 6-7).  Dengan shalat, kita bermohon untuk selalu ditunjukkan jalan yang tepat menuju  jannah (surga fid-dunya wal akhirat), kita juga bermohon untuk diberikan ampunan atas segala kesalahan yang telah kita perbuat, serta dengan doa-doa lainnya.

Kemudian shalat juga bermakna dzikir, hal ini sesuai dengan perintah Allah kepada Musa untuk melakukan syahadat dan shalat  (QS Thaha : 14), " Sesunguhnya Aku ini Allah, Tidak ada Tuhan Selain Aku, maka mengabdilah kepadaku (konteks Syahadat), dan tegakkan shalat untuk mengingatku". Dengan demikian, maka terhadap shalat ini, kita harus selalu mengingat Tuhan untuk mengikuti segala ketentuannya untuk tidak merusak berbagai sistem keseimbangan ciptaan-Nya, serta berjuang memperbaiki dan membangun Tatanan Seimbang di muka Bumi.

Arti shalat yang lain, adalah patuh, taat  kepada Allah. Bacaan-bacaan dalam shalat sebagian besar merupakan pernyataan kepatuhan terhadap Allah, seperti kata Bismillahirahmanirrahim yang merupakan ayat inti dalam Al-Qur'an, dalam pengertian: saya menyatakan berbuat) atas nama Allah ... Perbuatan atas nama Allah tentunya perbuatan yang sesuai dengan Ajaran Allah, ajaran yang sarat dengan Nilai-Nilai Kebajikan Universal, ajaran yang menjunjung tinggi  Ahlakul Karimah, ahlak yang berlandaskan prinsip-prinsip keseimbangan. 

Dan, patut untuk disadari secara jujur ilmiah, bahwa kata bismillah bukanlah sebagai mantera, yang harus diucapkan agar keinginan kita terkabul. Sadarilah, bahwa mengucapkan bismillah untuk melakukan perbuatan yang dengan sadar dan berkecenderungan merusak sistem  keseimbangan ciptaan Allah, maka sama dengan melecehkan atau mempermainkan Tuhan, dan tentunya Allah pasti akan murka.

Jadi, shalat yang benar harus melahirkan output yang positif  , yakni kepatuhan terhadap ketentuan Allah. Sebagaimana dikatakan dalam QS Al-Ankabut : 45, " sesunggahnya Shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar" (45). Artinya apa? Dengan shalat kita harus menjadi manusia yang berahlakul karimah, manusia yang berupaya berperilaku seimbang di seluruh kehidupannya.

Terakhir, shalat juga bermakna pemujaan kepada Allah, hal ini karena banyak bacaan dalam shalat bersifat sanjungan, oleh karenanya banyak para ulama yang mengartikan  shalat dengan kata sembahyang atau kegiatan menyembah Tuhan. dan ketahuilah,  ritual pemujaan (penghormatan) seorang hamba kepada Tuhannya adalah bagian dari perilaku yang seimbang, sebagai wujud syukur manusia kepada Sang Khaliknya yang Ar-Rahman dan Ar-Rahim. 

Dengan konsekuensinya bahwa sembahyang harus  mampu menghantarkan kita untuk berperilaku positif dan menjauhkan dari perbuatan-perbuatan yang negatif. Namun jika tidak, maka kita akan tergolong orang-orang yang digambarkan dalam QS Al-Ma'un , yakni  orang-orang yang lalai dalam shalatnya, mereka adalah orang yang riya (menjilat) terhadap Allah, memuja-memuja Allah selangit, namun tidak mau berbuat sesuai dengan ketentuan Allah. Mereka termasuk orang-orang  yang munafik,  mendustai Allah, merusak  tatanan dan sistem keseimbangan ciptaan Allah. 

Bayangkan, kita sebagai manusia saja muak melihat perilaku orang yang suka menjilat atasannya, apalagi Allah. Bagaimana murkanya terhadap orang-orang yang selalu menjilat terhadap diri-Nya ... Jadi, agar kita tidak tergolong orang-orang yang suka menjilat Allah, maka shalat (sembahyang)  kita harus selalu dibarengi dengan perilaku-perilaku yang positif di seluruh aspek kehidupan.

Dari keseluruhan ulasan di atas, maka kita bisa menarik esensi dari makna shalat, yakni sebagai berikut:

  • Sebuah ritual pembinaan diri untuk menanamkan kepatuhan (ketaatan) di bawah ketentuan Ajaran Allah. Ajaran yang mengajarkan nilai-nilai kebajikan universal, ahlakul karimah , ahlak yang menjunjung tinggi prinsip prinsip  keseimbangan.  

Dengan demikian, shalat bukan sekedar melafalkan bacaan dan melakukan gerakan seperti yang dicontohkan dalam berbagai hadits, namun esensinya harus dipahami dengan benar, bacaan dan gerakan-gerakannya  harus dipahami maknanya, sehingga shalatnya menjadi berisi, bukan sekedar bacaan dan gerakan kosong yang tak bermakna. 

Bahkan, yang lebih memperihatinkan, permasalahan teknis dalam shalat yang tidak terlalu prinsip, justru menjadi penyebab keributan antar kelompok,  saling mengejek, saling mengolok-olok, saling menyalahkan antar sesama umat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun