Pembaca yang budiman dan yang berbahagia, Saudara Sebangsa dan Setanah Air ...
Sudah sama-sama kita ketahui bahwa Tuhan sangat peduli terhadap keseimbangan, sebab pada dasarnya semua ciptaan Tuhan adalah sangat seimbang-sempurna (QS Al-Mulk : 3-4, "yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?" (3); "Kemudian ulangi pandanganmu sekali lagi dan sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih." (4)). Mulai dari susunan benda-benda yang memenuhi ruang angkasa hingga berbagai sistem yang ada di Bumi.Â
Kalau timbul berbagai kerusakan dan  bencana di Bumi, serta berbagai penyakit ataupun cacat pada tubuh  manusia dan mahluk biologis lainnya, itu adalah akibat ulah manusia yang telah merusak sistem keseimbangan ciptaan Allah (QS  As-Syura : 30, "Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatanmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak dari kesalahan-kesalahanmu." (30)), termasuk sistem keseimbangan yang ada dalam tubuh manusia sendiri, baik secara langsung atapun hasil warisan dari manusia-manusia sebelumnya.
Tuhan menciptakan manusia agar bisa menjadi hamba-hamba yang setia (QS Az-Zariyat : 56, "Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku"(56)), iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'inu (Hanya kepada-Mu kami mengabdikan diri serta menggantungkan hidup kami, QS Al-Fatihah : 5). Â
Mengabdikan diri bukan sekedar menyembah dan memuja-muja, yang lebih penting dari itu adalah menjalankan seluruh ketentuannya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, seluruh aktivitas kehidupan seorang hamba (abdi Tuhan) adalah beribadah, dan  semua ibadah dilakukan dalam kerangka menjaga, memperbaiki dan membangun sistem keseimbangan di Bumi ini.
Islam sebagai  suatu tatanan (manajemen) kehidupan seimbang pada masa Muhammad, dibangun melalui 5 (lima) program pembinaan kepada umatnya (hadits), yang sekarang diistilahkan dengan Rukun Islam, meliputi: syahadat, shalat, puasa, zakat mupun haji. Lima program prembinaan tersebut juga  bagian dari ibadah,  yang semua itu juga dalam kerangka menjaga, memperbaiki dan membangun sistem keseimbangan di Bumi ini.
Pada Artikel kami sebelumnya, telah kami uraikan tentang puasa sebagai Program Perbaikan Keseimbangan Alam, fisik dan perilaku manusia. Kemudian zakat adalah program pembersihan (pungutan) dari sebagian  harta-harta  untuk  perbaikan keseimbangan ekonomi. Pada kesempatan kali ini, kami akan mengulas esensi syahadat dan shalat , sebagai bagian dari Program Pembinaan Pembangunan Pribadi Muslim.
Menjadi seorang muslim yang sejati, diawali dengan komitmen yang sungguh-sungguh, bersaksi membuat pengakuan untuk menjadi hamba Allah yang setia (tidak ada Tuhan selain Allah), tidak ada Tuhan yang patut disembah, dijunjung tinggi, dipatuhi selain Allah. Inilah yang dinamakan syahadat. Syahadat adalah bentuk pengakuan , komitmen untuk siap menjadi hamba Allah yang setia, menjadi bagian dari Dinul Islam , tatanan kehidupan seimbang.Â
Dengan kata lain syahadat adalah komitmen siap berjuang mencurahkan seluruh hidup untuk menjaga, memperbaiki dan membangun sistem keseimbangan ciptaan Allah.
Dalam doa iftitah , bacaan awal shalat sebelum Al-Fatihah, juga dinyatakan sebagai berikut: "Sesungguhnya aku menghadapkan wajah (membentuk pandangan) menurut yang telah menciptakan langit dan bumi, setulus hati menjadi muslim dan bukan menjadi bagian dari orang-orang musyrik ..."
Jadi, syahadat adalah komitmen yang tulus untuk menjadi hamba Allah yang setia , menjadi pendukung Dinul Islam, tatanan kehidupan seimbang dan tidak mendua dengan model hidup apapun. Selanjutnya, setelah kita menyatakan komitmen setia terhadap Allah, tahap berikutnya adalah menguatkan komitmen tersebut melalui shalat.