Keywords:
Puisi ini mencoba mengungkap kabut tebal dalam salah satu ritual ibadah di ranah agama Islam. Yakni, antara konsepsi dengan realita fakta hidup yang mewujud sebagai kenyataan sosial budaya dan peradaban. Sebab, alam pikiran ini masih terngiang bahwa "Agama itu sejalan dengan Akal, dan Tiada Agama yang Tidak Sejalan dengan Akal". Karenanya, bagi saya, menerjemahkan Firman Tuhan, Ayat Allah, sudah seharusnya selaras dengan Sains yang dapat disaksikan dari kenyataan Alam, bukan Mitos-Mitos dan Indoktrinasi tanpa pembuktian berdasarkan logika rasional sebagai basis dari Sains dan Teknologi.Â
bagiku, tentang keseimbangan ciptaan Tuhan
sebab apapun ciptaan-Nya selalu dan selalu
mengarah pada keseimbangan, dan sempurna
puasa di saat Ramadhan pun
tak hanya sekedar ritual ibadah
yang dipertontonkan dan ditonjolkannya
menuju ke arah keseimbangan adalah seharusnya
bukan lagi meraih pahala bermakna imajiner