Pekerjaan memiliki tempat yang tak tergantikan dalam kehidupan setiap orang, bahkan generasi muda. Pekerjaan memberi orang keamanan materi, rasa realisasi diri, dan utilitas dalam masyarakat. Lulusan muda, yang sedang mencari pekerjaan pertama mereka setelah lulus, termasuk di antara kelompok yang paling rentan di pasar tenaga kerja.
Pada bulan juli, periode ketika kebanyakan generasi muda menyelesaikan studi mereka, biasanya terhubung dengan peningkatan arus masuk pengangguran baru dan dengan demikian peningkatan keseluruhan dalam jumlah pencari kerja. Namun, masalah muncul ketika beberapa generasi muda yang tidak bekerja, tidak belajar atau berpartisipasi dalam program pelatihan, ingin mencari pekerjaan, tetapi terhalang karena kurangnya kesempatan kerja.
Dalam kasus seperti itu, penting untuk membantu mereka, memastikan akses mereka ke peluang kerja dan dengan demikian mengurangi pengangguran generasi muda. Bantuan dari pemerintah daerah dan program, intervensi, dan tindakannya sangat dibutuhkan dan diperlukan dalam kasus ini.
Inisiatif dan program yang diadopsi untuk membantu generasi muda telah membantu negara-negara mengurangi pengangguran dan mendukung generasi muda dalam mencari pekerjaan dan tetap berada di pasar tenaga kerja. Namun, karena pada tahun 2020, dunia dilanda pandemi covid-19.
Beberapa negara telah memperkenalkan langkah-langkah anti-pandemi ke berbagai tingkat untuk mencegah penyebaran virus.
Langkah-langkah ini sering mengganggu, membatasi, atau menghentikan operasi bisnis. Hal ini, tentu saja, dalam banyak kasus mengakibatkan pemecatan atau bahkan kebangkrutan perusahaan, yang pada gilirannya secara signifikan meningkatkan pengangguran. Situasi ini mempengaruhi semua bagian dari populasi, termasuk generasi muda.
Sebelum wabah virus corona, semua aktivitas dan aktivitas sehari-hari bisa dilakukan di luar rumah seperti beribadah, pergi ke sekolah, berkumpul dengan teman, bepergian, berolahraga, bekerja.
Semuanya sekarang harus dilakukan di dalam ruangan dan sementara di rumah saja jika tidak ada yang penting, jangan keluar rumah untuk mengurangi penyebaran virus corona. Covid-19 tidak hanya menyebabkan perekonomian merosot tetapi juga menyebabkan angka kematian yang tinggi akibat wabah virus corona.
Dan perekonomian kota Mojokerto tumbuh 0,05 dibandingkan sebelum pandemi Covid-19, perekonomian Mojokerto tumbuh sebesar 5,75%. Tidak hanya itu, virus corona telah mengubah kebiasaan perilaku masyarakat dan perubahan ekonomi yang mulai menggunakan digital serta kebiasaan menjaga jarak dan kesehatan.
Di masa pandemi Covid-19 ini, semua lapisan masyarakat merasakan dampaknya. Dan pandemi ini telah membuat perekonomian menurun drastis, berbagai sektor informal dan formal telah memberikan dampak tidak langsung.
Berbagai usaha mikro mengalami penurunan omzet dan pekerjanya diberhentikan sementara untuk waktu yang tidak ditentukan. Di Mojokerto, banyak pelaku usaha dan sektor pekerja harian yang terdampak pandemi Covid-19.