Mohon tunggu...
Dyah Retna Prabaningrum
Dyah Retna Prabaningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada. Awardee LPDP. Tertarik dengan ilmu pengetahuan dan kegiatan menulis, hobi membaca buku fiksi dan non fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Integritas Kepemimpinan Ala Ajaran Kebajikan China

22 Maret 2024   17:49 Diperbarui: 22 Maret 2024   18:03 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : istockphoto.com

Integritas dapat dimaknai sebagai kebulatan sikap yang mengarah kepada nilai-nilai kewibawaan dan kejujuran. Nilai integritas ini tentu saja harus dimiliki oleh seorang pemimpin sebagai bekal kepemimpinannya. Pentingnya nilai integritas juga terdapat dalam ajaran kebajikan China. Dalam kebudayaan China dikenal chengyu atau peribahasa mandarin yang terdiri dari empat huruf dan melukiskan kisah kebijaksanaan China klasik. Banyak peribahasa mandarin yang mengajarkan kebajikan disertai dengan kisah-kisah dibaliknya.

Salah satunya ialah Liangxiuqingfeng yang berarti "kedua lengan baju yang bisa dilewati angin sejuk". Peribahasa ini diungkapkan oleh Yu Qian (1398-1457) seorang Jenderal pada masa Dinasti Ming. Ia terkenal dengan sikap tegas dan kejujurannya dalam memerangi korupsi dan ketidakadilan. Kerja kerasnya mengantarkan dirinya pada posisi strategis setingkat gubernur. Dalam masa pemerintahannya ia memerintahkan siapapun untuk tidak menerima gratifikasi dan dilarang melakukan korupsi. Ia bahkan memberikan contoh dengan hidup sederhana.

Pada suatu waktu dia menerima promosi jabatan sebagai ketua pengadilan di pusat. Tradisi pada zaman tersebut melazimkan seorang pejabat untuk membawakan bingkisan bagi pejabat lain sebagai tanda keakraban. Namum Yu Qian mengucapkan bahwa ia membiarkan lengannya tidak membawa apa-apa agar dapat dilewati angin sejuk. Ia kemudian menegaskan lagi bahwa pengabdiannya adalah untuk rakyat dan bukan untuk pejabat tinggi. Meskipun kisah Yu Qian tidak berakhir indah, ia berakhir dengan masuk bui karena sikapnya yang melawan arus. Dari Yu Qian kita dapat belajar mengenai arti integritas.

Di Indonesia budaya gratifikasi dan antikorupsi juga berusaha untuk dihilangkan, di dukung dengan instrument hukum yang ada agar mempertegas perwujudan integritas di lingkup pejabat publik. Namun kejujuran sebagai sikap tidak serta-merta dapat langsung ada. Melainkan harus dimulai sejak dini dan dijadikan suatu kebiasaan. Mirisnya masih banyak kasus korupsi yang menjarat pejabat publik kita. Ketika seseorang telah mengorbankan integritasnya demi tujuan pribadi. Maka ia telah mengorbankan orang lain dan organisasinya. Maka harus ada sanksi tegas untuk menghukum siapapun yang merugikan keuangan negara agar pembangunan bangsa dan negara dapat dilakukan dengan optimal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun