Mohon tunggu...
Dyah R
Dyah R Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Bagian terbaik dari kehidupan adalah bagian yang kita syukuri."

Bersama suami dan anak-anak, domisili di Jogja. Pernah belajar di Fakultas Ekonomi UNHAS. Suka membaca di waktu senggang.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Siapa Namamu? :)

11 Juli 2011   16:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:45 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13104021031605017974

Siang itu saya mengantarkan undangan untuk penguji seminar KKN saya di salah satu gedung penelitian (PSKMP) yang berada di kawasan danau almamater saya. Saat akan masuk ruangan tempat dimana si ibu dosen yang hendak saya antarkan undangan biasanya duduk, dari luar sudah terdengar suara menggelegar yang tidak asing lagi bagi saya.

Saya berkata pada teman saya,

“Kena lagi deh ni saya”

Teman saya heran dan komentar

“Kena apa?”

“Liat aja bentar”

Kamipun melangkah masuk ke ruangan. Baru selangkah di pintu masuk..

“Hey kamu!.. Sini..sini. Aduh aduh lama sekali tidak bertemu ya”

Suara menggelegar itu menyapa. Spontan semua yang ada di ruangan itu menengokkan wajah ke kami yang seperit orang bengong di depan pintu. Hhihihiii..

Seseorang bersuara besar itu adalah dosen idola saya. Gelarnya memang bukan professor, tapi cerdasnya melebihi professor.

“Kamu mo ngapain kesini?”, dengan gaya seperti aktor sedang berakting.

Pak dosen yang satu itu memang selalu seperti itu. Hehehhe..

“Ini pak mo nganterin undangan penguji buat Bu Nini”

“Kamu KKN apa?”

“Heheee..KKN profesi pak”, duduuduwww..kena deh!.. Saya membatin.

“Apa?!.. KKN profesi??? Aduhhh..kamu ini dyah. Kalian-kalian ini yg diharapkan turun membangun masyarakat langsung, kok malah pilihnya KKN profesi”

Saya cuman bisa nyengir kuda menghadapi komentar Pak Madjid disaksikan dosen-dosen “se-aliran”nya. Hihihii.. Saya kenal Pak Madjid gara-gara sering cerewet di pelatihan-pelatihan Metodologi Penelitian dimana Pak Madjid menjadi pematerinya. Dan dosen-dosen selain Pak Madjid yang ada di ruangan tersebut sebagian besar yang saya ketahui adalah dosen-dosen yang sealiran dengan penelitian favorit saya, yaitu penelitian kualitatif.

“Yaa..dah telanjur pak.. Hehheee..soalnya tabrakan sama jadwal mata kuliah saya”

“Sudah, sudah, kecewa saya ini” dengan gaya bicara becanda.

Untung saja percakapan kami tidak berlanjut lagi karena ada tamu yang menemui Pak Madjid. Hihihiii..

Setelah pamit dari ruangan itu, sambil jalan, saya bercakap-cakap dengan teman saya.

“Saya mengidolakan Pak Madjid loh. Tapi beda dengan dosen-dosen lain. Soalnya, tahu nggak kenapa? Karena Pak Madjid kenal dan hapal nama saya. Kalau dosen lain, biar kita dah ngefans sama beliau, tapi nama saya tetep aja susah dihapal. Hhhahaaa”

“Eh iya juga ya. Seringnya emang gitu sih. Kita sering menyapa, pagi pak. Rasanya seneng kalo sapaan kita juga dibalas dengan menambahkan penyebutan nama kita”

***

Dari pengalaman hari itu saya jadi mikir ternyata kita menyukai orang-orang yang mengenal kita, paling tidak ya mengetahui nama kita. Kita nggak mungkin menyukai orang yang nggak kita kenal. Karena itulah kenapa nama menjadi sesuatu yang perlu. Kita perlu nama sebab nama merupakan salah satu identitas kita yang menunjukkan kedirian kita. Meskipun hanya salah satu unsur pembentuk identitas, setiap nama selalu punya makna bagi pemiliknya dan bagi orang lain yang mengenal nama yang bersangkutan. Persoalan nama, juga bisa dianalisa dari segi ekonomi. Hihihii.. Yang belum baca, coba aja tengok tulisan Kak Yoga PS disini.

###

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun