[caption id="attachment_95641" align="alignleft" width="350" caption="Kasih sayang itu ibarat meneguk secangkir teh hangat saat udara dingin menerpa (Source Pict.: wer1family.wordpress.com)"][/caption] 27 Februari 2011
# + 10.00 AM
Pagi itu.. Saya berencana menonton acara Inaugurasi Fakultas Ekonomi UNHAS yang di undangannya tercantum akan dilaksanakan jam 10 pagi di Baruga Andi Pangeran Pettarani. Saya pun bersiap-siap sejak jam 8. Kemudian berangkat jam 9 dengan menaiki pete-pete*.
Saat itu baru saya penumpang pertama. Tidak lama kemudian ada 3 penumpang lain yang naik. Seorang gadis sebaya saya, duduk di sebelah kiri saya. Sedangkan yang dua orang seperti ibu dan anak, duduk di depan saya. Anaknya (anggap saja anaknya) seusia juga dengan saya.
Ketika pete-pete yang kami tumpangi berhenti di depan sebuah kios untuk menunggu penumpang, ibu yang duduk di depan saya menyapa seorang laki-laki paruh baya yang sedang membuka kios kecilnya yaitu.
“Halo Om!.. Baru buka ya? Kok baru buka? Sudah siang nih…”, sapa si ibu sambil ketawa ketiwi.
Lelaki paruh baya itu pun berbalik badan, ingin mengetahui siapa yang menyapanya.
“Eh..kamu ternyata”, lelaki itu sambil tertawa
“Kok siang baru buka, Om?”
“Kan santai… Hari Minggu..”
Pete-pete pun mulai berjalan, si ibu berpamitan pada lelaki tersebut.
“Mari Om!.. Duluan..”
“Oh iya.. iyaa..”
Si ibu pun bercerita pada sang anak
“Kamu tahu nggak? Si Om tadi itu mantan pelaut. Dia bosan di laut, akhirnya mendirikan usaha kecil-kecilan kios tadi. Sayangnya nggak punya anak”
“Nggak punya anak, Ma? Kalau istrinya?”
“Oh..kalau istri dia punya. Istrinya cantik. Pernah nih Mama tanya sama si Om itu kok istrinya mau sih sama dia? Kan dia gendut, item. Hehheee.. Si Om itu langsung ngakak abis. Dia bilangnya katanya gitu-gitu dia dulu itu tampan dan nggak gendut kayak sekarang. Tapi sayang juga kok nggak punya anak.. jadi nggak ada generasi berikutnya”
# + 5.00 PM
Seorang perempuan berusia sekitar 60an tahun menyetop pete-pete yang kutumpangi. Perempuan itu pun naik. Tampak kepayahan dan agak susah berjalan. Tidak lama kemudian, ibu-ibu muda sekitar 3-an thaun juga naik, mereka bertiga.
Si ibu tua itu tiba di tujuannya. Turun perlahan dan tampak begitu sulit. Aku dan para penumpang lain hanya bisa mengamati dengan cemas, khawatir kalau-kalau ia jatuh. Sebab hujan baru saja reda dan jalan begitu licin. Saat angkot melaju lagi, ketiga ibu muda saling bercakap-cakap.
“Kasihan ya ibu itu”, ucap perempuan A
“Iya.. susah banget jalannya dan bawaannya juga banyak. Duh..kok anak atau menatunya nggak nemenin ya?”, perempuan B menanggapi.
“Ya udah makanya nanti kalo mamamu atau ibu mertuamu mau kemana-mana ditemenin gih. Kan kesian kalo kayak ibu yang tadi itu. Kesusahan banget”, perempuan C menambahkan.
-*-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H