Mohon tunggu...
Dyah R
Dyah R Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Bagian terbaik dari kehidupan adalah bagian yang kita syukuri."

Bersama suami dan anak-anak, domisili di Jogja. Pernah belajar di Fakultas Ekonomi UNHAS. Suka membaca di waktu senggang.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Resensi Buku: Ranah 3 Warna

16 Maret 2011   14:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:44 5502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1300286206155346097

[caption id="attachment_95443" align="alignleft" width="300" caption="Ranah 3 Warna (source pict.: inioke.com)"][/caption] Masih ingat tokoh Alif dalam novel Negeri 5 Menara? Nah, di buku Ranah 3 Warna ini kisah tentang Alif dapat kembali kita ketahui kelanjutannya.

Buku kedua dari trilogi Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi ini adalah sebuah buku yang layak mendapatkan apresiasi. Buku yang berkisah tentang seorang Alif yang berusaha keras dan sungguh-sungguh menjalani kehidupannya, meraih cita-citanya. Berbagai hikmah bermanfaat dapat kita petik dari novel setebal 470an halaman ini.

Jika di buku pertama dari Trilogi Negeri 5 Menara kita mendapatkan pelajaran "Man Jadda Wajada" (siapa yang bersunggung-sungguh akan sukses), maka di buku yang kedua ini ada satu tambahan pelajaran lagi, yaitu "Man Shabara Zhafira" (siapa yang bersabar,akan beruntung). Ternyata keberhasilan, kesuksesan, atau apapun yang bermakna pencapaian itu tidak hanya cukup dengan bersungguh-sungguh, tapi juga harus diiringi konsep sabar. Sabar dalah hal ini tidak berarti diam yaa... Heheee..

Hmm.. buku ini sangat menarik. Ada beberapa bagian yang cukup berhasil mengucurkan air mata karena memang mengharukan. Beda dengan saat saya membaca Negeri 5 Menara, tak ada air mata yang harus keluar meskipun rasa haru juga ada.

Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi ini cukup menggugah emosi. Rasa emosinya sama seperti ketika saya membaca Sang Pemimpi dan Edensor karya Andrea Hirata, serta Galaksi Kinanti karya Tasaro GK. Tentang bagaimana seseorang yang dianggap bukan siapa-siapa dan tidak punya apa-apa, pada akhirnya mencapai cita-citanya.

Buku ini juga menggambarkan bagaimana kondisi mahasiswa yang merantau, bagaimana besarnya tantangan untuk dapat menjadi seorang penulis, sekaligus bagaimana menjadi seseorang yang dapat membanggakan keluarga. Sebuah karya yang ringan namun padat hikmah, semuanya terangkum dalam kisah hidup Alif di Bandung, Amman, dan Amerika.. Ranah 3 Warna..

Mengutip penggalan kalimat dari halaman penutup novel ini..

"... Jarak antara sungguh-sungguh dan sukses hanya bisa diisi dengan sabar. Sabar yang aktif, sabar yang gigih, sabar yang tidak menyerah, sabar yang penuh dari pangkal sampai ujung yang paling ujung yang paling ujung..."

"Bagaimanapun tingginya impian, dia tetap wajib dibela habis-habisan walau hidup sudah digelung oleh nestapa akut. Hanya dengan sungguh-sungguhlah jalan sukses terbuka. ... Man shabara zhafira. Siapa yang sabar akan beruntung"

Selengkapnya, berikut identitas bukunya

Judul : Ranah 3 Warna

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun