[caption id="attachment_157361" align="alignleft" width="202" caption="Source: http://www.shockya.com/news/wp-content/uploads/prince_of_persia_the_sands_of_time_poster.jpg"][/caption] “Konon kehidupan sekarang, terhubung dengan kehidupan masa lalu” Kira-kira itulah kalimat pembuka yang muncul saat film ini dimulai. Sebuah kalimat yang kira-kira menggambarkan pesan yang ingin disampaikan dalam film yang berdurasi sekitar satu setengah jam ini. Tapi film ini tidak cocok untuk ditonton anak kecil (ya iya lah!!!), soalnya banyak adegan menyeramkannya (menyeramkan bagi saya). Al kisah ada sebuah kerajaan bernama Kerajaan Persia. Suatu hari saat raja sedang berjalan-jalan di antara kerumunan rakyatnya (tentu saja dikawal pasukan berkuda), ada seorang anak yang melakukan kesalahan (entah kesalahannya apa), tahu-tahu dipukuli oleh salah satu pengawal raja. Tidak jauh dari situ ada seorang anak tampak sedang membeli sebutir apel dengan satu-satunya uang yang ia miliki. Dia tampak kelaparan dan sangat kumal. Anak itu kaget mendengar keributan apa yang terjadi di pasar tersebut. Dia melihat seorang anak dipukuli. Dia tidak tahan melihatnya, terpaksa dia mengorbankan apel yang baru saja dibelinya itu. Dia melemparkannya ke arah si pemukul dan langsung menyuruh anak yang dipukuli tadi lari. Sedangkan anak pelempar apel itu juga berusaha menghindar dari kejaran pengawak-pengawal raja. Dia melompat ke sana kemari,lari dengan lincahnya, mengakali para pengawal sehingga mereka tampak bodoh dan tak kuasa mengejar anak itu. Tapi akhirnya ia tertangkap juga. Seorang pengawal (si pemukul), langsung mengeluarkan pedang besar dan mengatakan atas nama raja, dia akan memenggal kepala anak itu. Namun raja langsung mendekat. Si pemukul kaget dan langsung bersujud, tidak jadi mengibaskan pedangnya. Sedangkan sang raja (yang saat itu sedang duduk di atas kuda), bertanya pada anak itu. “Siapa namamu, Nak?” “Dastan” Raja juga menanyakan tentang keluarga si anak, tapi si anak hanya diam dan matanya tampak berkaca-kaca. Lalu sang raja mengembalikan apel si anak dan satu hal lagi yang membuatnya terkejut. Raja mengadopsinya menjadi anak. Tak pernah sekali pun terpikirkan olehnya akan hal itu. Dastan yang dilahirkan di sebuah permukiman kumuh di wilayah Nastaff (kalo nggak salah ingat nama tempat), begitu tercengang saat memasuki istana yang begitu megah itu. Ia menjadi saudara bagi dua anak raja yang lain (salah satunya bernama Tus, satunya bernama Garsiv). Suatu hari saat semuanya tumbuh dewasa, Tus mendapatkan informasi dari pamannya bahwa Kerajaan Almut secara diam-diam memproduksi senjata untuk musuh Kerajaan Persia. Tus mudah terpengaruh. Dia menerima mentah-mentah informasi tersebut. Tus yang merupakan anak tertua raja, tahu bahwa ayahnya pernah mengatakan bahwa Almut adalah kota suci, sehingga tidak boleh diserang. Dastan pun sudah mengingatkan. Namun Tus lebih terpengaruh perkataan pamannya. Sang paman menyuruh Tus untuk berperang dengan Almut karena telah bersikap demikian. Dan Dastan pun mengikuti perintah kakaknya untuk ikut berperang menguasai Almut. Akan tetapi Dastan tidak dijadikan sebagai pemimpin pasukan utama. Yang jadi pemimpin pasukan utama yaitu Garsiv. Meskipun demikian, Dastan beserta pasukan rombengnya, bukannya berada di belakang pasukan utama, malah berusaha memasuki benteng pertahanan Almut dengan caranya sendiri. Kelihaian menyusup, lincah, dan menyerang tepat sasaran menjadi keunggulannya. Sementara itu, saat Dastan dan pasukannya berusaha masuk ke Almut, Putri Tamina yang merupakan pemimpin kerajaan Almut sedang berusaha menyelamatkan sebuah belati suci. Dia menyuruh orang kepercayaannya membawa belati tersebut. Namun orang tersebut tanpa sengaja bertemu Dastan, lalu saling serang , bungkusan berisi belatinya jatuh, dan ia kalah. Dastan mengambil belati itu. Akhirnya Almut berhasil diduduki kerajaan Persia karena kerja keras Dastan dan pasukannya. Padahal waktu itu, pasukan utama baru saja akan mendekat ke gerbang utama Persia. Adik Tus yang jadi pemimpin pasukan utama pun kesal. Ia iri pada Dastan. Sementara itu, Tus memaksa Putri Tamina menikah dengan dirinya agar kedua kerajaan bisa bersatu. Dastan baru saja muncul. Putri Tamina yang tadinya menolak, lalu akhirnya mengiyakan saat melihat belati sucinya ternyata ada pada Dastan (tersematkan di pinggang Dastan). Dastan heran kenapa sang putri menatapnya dengan pandangan yang menurutnya aneh. Dia belum sadar bahwa yang dipandang putri itu sebenarnya belati suci yang ada di pinggangnya. Lalu kemenangan Persia pun dirayakan. Tus menyerahkan pada Dastan, jubah do’a bupati Almut (jarhan perang) untuk dipersembahkan pada ayahnya. Dia ingin Dastan yang memberikan langsung jubah itu sekaligus meminta pada ayahnya untuk mengijinkan Tus menikah dengan Putri Tamina. Dastan mengiyakan. Dastan menghadap ke ayahnya saat pesta berlangsung. Sang Raja yang tadinya kesal karena Tus memimpin penyerangan ke Almut, akhirnya reda marahnya. Dan di hadapan semua orang, Dastan memakaikan jubah hadiah itu kepada ayahnya. Lalu meminta ijinkan kakaknya agar bisa menikah dengan Putri Tamina yang memiliki kecantikan luar biasa. Ternyata di luar dugaan. Ayahnya malah tidak setuju Putri Tamina menikah dengan Tus, alasannya karena Tus sudah punya banyak istri. Dan menyuruh Dastan saja yang menikah dengan Putri Tamina karena Dastan belum menikah sama sekali. Dastan kaget. Shock. Dia hendak menjelaskan pada ayahnya bahwa kakaknya lebih penting. Namun saat berusaha menjelaskan, dia diabaikan karena orang-orang yang berada di situ jadi riuh menyorakinya. Dan cerita inti pun dimulai. Tiba-tiba sang raja merasa kepanasan memakai jubah itu. Panas seperti apa. Badannya melepuh. Tidak ada seorang pun yang bisa melepaskan jubah itu. Semua berusaha. Dastan pun dituduh telah meracuni jubah itu. Dia berteriak-teriak meminta orang-orang menolong ayahnya. “Help him! Help him!”, teriaknya dengan wajah pilu, sedih, tak berdaya saat kedua tangannya dipegangi para pengawal. Dia dianggap telah membunuh raja, ayahnya sendiri. Dari situ lah cerita seru berawal. Dastan bersama Putri Tamina kabur, berusaha pergi menghindar dari kejaran. Tus yang akhirnya menjadi raja, lalu mengumumkan siapa saja yang menemukan Dastan, akan mendapatkan hadiah. Saat di gurun bersama Putri Tamina. Dastan terkejut saat menemukan keajaiban belati yang dipegangnya. Belati itu dapat membalik waktu selama 1 menit ke masa lalu dan hanya orang yang menekan tombol belati yang menyadarinya. Akhirnya dia tahu kenapa Putri Tamina ingin ikut bersamanya. Sang putri menginginkan belatinya kembali. Selama dalam perburuan, Dastan dan Tamina sempat diculik oleh komplotan pembunuh berdarah dingin yang salah satu anggotanya adalah Suku Ngabaka (kalo nggak salah inget sebutannya), yang ahli melempar pisau, belati dan sejenisnya agar tepat sasaran. Petualangan dimulai lagi. Pada akhirnya diketahui bahwa yang meracuni jubah sang raja itu adalah Nizam –pamannya Dastan-. Nizam iri dengan saudaranya yang diangkat menjadi raja. Dulu Nizam pernah menyelamatkan raja (calon raja) saat masih kecil sewaktu hendak diterkam harimau. Seandainya saja ketika itu Nizam tidka menyelamatkan saudaranya, tentu ia yang akan menjadi raja. Karena itu lah ia sangat menginginkan belati suci yang di berisi pasir pembalik waktu itu. Nizam ingin membalikkan keadaan ke zaman dahulu di mana dia tidak seharusnya menyelamatkan saudaranya sewaktu diterkam harimau. Cerita film ini diakhiri dengan menarik. Nizam dan Dastan, sama-sama kembali ke masa lalu saat pasukan mereka menang telah menduduki Almut. Dastan mengubah keadaan. Dia berusaha meyakinkan Tus bahwa Nizam adalah biang keladi. Bahwa di Alamut tidak ada produksi senjata. Itu semua hanya bagian dari rencana piciknya Nizam. Lalu Nizam menyerang Dastan, berusaha menusuknya. Saat Nizam ambruk karena pukulan Dastan, ada sebuah kalimat menarik yang diucapkan Dastan (kurang lebih ini): “Kau sudah memiliki keluarga, kehormatan, kekayaan, lantas apa lagi yang kurang?!”, Dastan berteriak di wajah Nizam. Matanya memandang nanar. Nizam berusaha bangkit. Melawan Dastan. Namun terhalangi Tus, hingga akhirnya Nizam pun mati tertusuk pisaunya sendiri. Sedangkan Dastan, akhirnya dipasangkan dengan Putri Tamina. Lalu ia mengembalikan belati suci yang saat itu tersematkan di pinggangnya. Huaaa..capek ngetik. Hehee.. catatan ini saya buat untuk melatih ingatan saya saja. Ada beberapa kesimpulan yang dapat kita petik dari film ini: 1. Dalam film ini, tokok utama –Dastan- digambarkan sebagai orang yang benar-benar mencintai keluarganya sepenuh hati, meskipun secara tali kekeluargaan mereka tidak punya hubungan darah sama sekali. 2. Tus (kakak Sulung Dastan) berkarakter mudah terpengaruh, namun sebenarnya berhati baik. 3. Garvis itu karakternya mudah iri, kadang membabibuta, reaktif. 4. Nizam: licik, cerdas, ambisius, tidak pernah bersyukur. 5. Film ini banyak adegan pakai pedangnya, jadi jangan ditonton anak-anak yaaa.. Hehee..soalnya serem.. Ini lah yang saya maksudkan sebagai hal yang menyeramkan sebagaimana tercantum di awal tulisan saya. 6. Etc... :D Hal yang paling membekas tentang film ini yaitu saat Dastan berteriak di depan wajah Nizam (beberapa saat sebelum akhirnya Nizam tertusuk pisaunya sendiri). -Keluarga adalah hal yang nilainya tak terkira. Keluarga itu jauh lebih berharga daripada berton-ton emas yang ada di brankas. -Kita harus senantiasa bersyukur atas semua nikmatNYA. Seperti yang berulang kali disebutkan dalam QS. Ar Rahman (kira-kira sebagai berikut) “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” Sekian.. Alhamdulillah.. Saya acungi jempol bagi yang kuat membaca full tulisan ini tanpa scanning. :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H