Mohon tunggu...
Dyah R
Dyah R Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Bagian terbaik dari kehidupan adalah bagian yang kita syukuri."

Bersama suami dan anak-anak, domisili di Jogja. Pernah belajar di Fakultas Ekonomi UNHAS. Suka membaca di waktu senggang.

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengenal si Monopoli Lebih Dekat

29 April 2010   10:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:31 2274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Monopoli adalah situasi pasar dimana hanya terdapat satu penjual dari sebuah komoditas (monopoly is a market situation in which where is just a single seller of a commodity – Hartley & Tisdell: page 191). Monopoli selalu menarik untuk dibahas, karena pasar monopoli memiliki kekuatan yang besar dibanding pasar-pasar lainnya.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur kekuatan pasar monopoli, salah duanya yaitu:

1.Mengggunakan Learner Index

Learner Index adalah skala yang digunakan untuk mengukur derajat kekuatan monopoli, dimana membandingkan antara harga dengan marginal cost.

Secara matematis:

L = (P-MC) / P

Rumus ini dapat disederhanakan menjadi:

L = 1 – (MC/P)

Keterangan:

L = Learner Index

P = harga produk

MC = marginal cost = biaya yang harus ditambah untuk meningkatkan produksi per unit output.

Analisisnya:

-Bila L<0 berarti MC>P.

-Bila L>0 berarti MC<P. Kondisi seperti inilah yang selalu diterapkan oleh monopoli. Selalu mengupayakan marginal cost lebih kecil daripada harga outputnya. Hal ini berarti, monopolist mengambil keuntungan yang besar atau bahkan sangat besar karena profit yang diterimanya di atas normal profit, atau disebut juga super normal profit.

Sebagai perbandingan, monopoli seringkali dikomparasikan dengan perfect competition market. Jika di monopoli marginal cost lebih kecil daripada price, maka berbeda halnya dengan perfect competition dimana marginal cost sama dengan price.

2.Menghitung market share

Monopoli tidaknya suatu perusahaan dapat kita tentukan pula dengan mengukur market sharenya (pangsa pasarnya). Bila pangsa pasar suatu perusahaan lebih dari 60%, maka ia sudah dikategorikan monopoli. Besarnya market share ini menyebabkan monopoli meraup keuntungan besar. Sayangnya profit besar yang diperoleh tersebut tidaklah lantas berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, karena profit yang diperoleh monopoli justru kembali ke perusahaan itu sendiri. Jadi seakan-akan perusahaan tersebut menciptakan kelangkaan yang bersifat semu.

Contoh konkret untuk market share misalnya seperti ini:

Suatu perusahaan monopoli tentu menghasilkan profit dalam jumlah besar. Nah, dengan adanya profit yang besar dan diperoleh terus-menerus ini, seharusnya perusahaan yang bersifat monopoli tersebut bisa menambah jumlah output yang diproduksinya. Namun kenyataannya tidaklah demikian karena perusahaan tetap tidak meningkatkan output, karena jika ia menaikkan tingkat produksi output, maka konsekuensinya harga output yang dijual akan turun. Di sinilah yang disebut sebagai kelangkaan yang bersifat semu. Seakan-akan sumber daya yang ada sangat lah langka sehingga tidak memungkinkan lagi untuk meningkatkan produksi, padahal kenyataannya tingkat produksi yang dicapai masih di bawah optimal.

Hal lain yang perlu kita ketahui dari monopoli yaitu cenderung sulit untuk disaingi, kenapa? Karena perusahaan pesaing akan membutuhkan modal yang lebih besar untuk dapat mengejar marginal cost yang lebih rendah ketimbang marginal cost yang ada di perusahaan monopoli yang akan ia saingi. Perusahaan-perusahaan baru tentu akan kewalahan dalam hal ini karena perusahaan baru pada umumnya masih berusaha untuk menyeimbangkan antara price dengan marginal cost produknya. Selain itu, pesaing baru ini juga harus siap menghadapi potensi produknya tidak laku, sebab perusahaan monopoli cenderung sudah memiliki kedekatan hubungan dengan konsumen ketimbang perusahaan baru yang hendak menyaingi.

Demikian sedikit dari saya, selebihnya mari berdialog, dan tolong kritik yaaa jika ada hal yang keliru yang saya sampaikan dalam tulisan ini. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun