Kau serupa cermin bagiku.
Bahkan lebih cemerlang.
Bahkan tak ada cermin sejujur dirimu.
Yang terkadang memicu aku untuk teriak membencimu,
Tetapi memohon kau tetap tinggal di hadapanku.
Kau serupa cermin,
Yang kilaunya kadang amat menyilaukan mataku.
Aku tak pernah tau seberapa lama bisa menikmati pantulan bayanganmu.
Jadi tetaplah tinggal sampai aku mampu tersenyum di hadapanmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H