Mohon tunggu...
dyahmustika
dyahmustika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya menyukai olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketika Musik Menjadi Gangguan: Merumuskan Kebijakan untuk Pengamen Jalanan

10 Juni 2024   11:53 Diperbarui: 10 Juni 2024   12:08 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Dyah Mustika

Musik adalah salah satu bentuk seni yang paling ekspresif dan universal. Musik, sebagai salah satu bentuk ekspresi budaya, memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Namun, di balik kekuatan musik untuk menyatukan dan menginspirasi, terdapat pula potensi untuk menimbulkan gangguan, khususnya dalam konteks pengamen jalanan. Dalam beberapa kasus, pengamen jalanan yang berkeliling di jalan raya dapat menjadi gangguan bagi pengendara. Menyeimbangkan hak pengamen untuk mengekspresikan diri dan kebutuhan masyarakat untuk lingkungan yang tenang dan tertib merupakan tantangan yang kompleks dan membutuhkan kebijakan yang bijak.

Fenomena pengamen jalanan bukanlah hal baru, bahkan menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya perkotaan. Bagi mereka, mengamen tidak hanya menjadi sumber penghasilan, tetapi juga sebuah panggung untuk menyalurkan bakat. Pengamen jalanan, seperti yang ditemukan dalam penelitian oleh Mentari Cklaudita Walalayo pada tahun 2021, memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan menjual kemampuan mereka melalui musik. Mereka menggunakan alat musik tradisional seperti angklung dan berkeliling di jalan raya, terutama di lampu merah, untuk mendapatkan simpati dan sedekah dari pengendara. Namun, keberadaan mereka dapat menjadi gangguan bagi pengendara yang sedang menunggu peralihan lampu, terutama jika mereka tidak memiliki kesadaran akan keberadaan pengamen tersebut.

Dalam beberapa kasus, pengamen jalanan dapat menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, seperti dalam penelitian yang dilakukan di Jember, Jawa Timur oleh Fahmi Hidayat dkk. Mereka menggunakan atribut yang sesuai, seperti pakaian dan alat musik, untuk mendapatkan simpati pengendara. Fokus mereka adalah untuk meraih simpati pengendara motor dan empati dengan memainkan musik dan berkeliling membawa kotak uang.

Namun, keberadaan pengamen jalanan juga dapat menjadi gangguan bagi pengendara yang sedang menunggu peralihan lampu. Keterbatasan sasaran penonton menjadi sebuah polemik yang dihadapi oleh para pemusik, khususnya para pengedar kotak uang. Disadari bahwa posisi para pengendara yang tengah terjebak macet bukanlah hadir dalam keinginan yang utuh untuk menyaksikan permainan musik kelompok pengamen tersebut. Boleh jadi, keberadaan para pengendara sebagai penonton merupakan sebuah keadaan terpaksa akibat terjebak macet.

Dalam konteks ini, kebijakan yang dirumuskan harus mempertimbangkan nilai budaya yang diberikan oleh pengamen jalanan, serta kebutuhan pengendara yang sedang menunggu peralihan lampu. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur lokasi pengamen jalanan di area yang lebih sesuai, seperti di area wisata atau festival, sehingga mereka dapat beraktivitas tanpa mengganggu pengendara.

Selain itu, pengamen jalanan juga harus mempertimbangkan cara mereka berkeliling dan bermain musik. Mereka dapat menggunakan atribut yang sesuai dan memainkan musik yang lebih rendah volume agar tidak mengganggu pengendara. Dengan demikian, mereka dapat tetap beraktivitas sebagai pengamen jalanan tanpa mengganggu pengendara.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bennett dan I. R. (2014), mereka menemukan bahwa pertunjukan musik jalanan dapat dikatakan sebagai sebuah pertunjukan yang demokratis karena di dalamnya tidak ada unsur pemisahan penonton berdasarkan kelas sosial, genre, ras, maupun usia tertentu. Ruang pertunjukan ini bersifat luas dan tidak terbatas. Semuanya hadir secara bebas.

Dalam kesimpulan, kebijakan yang dirumuskan untuk pengamen jalanan harus mempertimbangkan nilai budaya yang diberikan oleh mereka, serta kebutuhan pengendara yang sedang menunggu peralihan lampu. Pengamen jalanan harus mempertimbangkan cara mereka berkeliling dan bermain musik agar tidak mengganggu pengendara. Dengan demikian, mereka dapat tetap beraktivitas sebagai pengamen jalanan tanpa mengganggu pengendara, sementara tetap mempertahankan nilai budaya yang mereka berikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun