**"Malam di Rumah Tua"**Â Â
Di sebuah desa terpencil, terdapat sebuah rumah tua yang sudah lama ditinggalkan. Penduduk setempat menyebutnya sebagai "Rumah Tujuh Pintu." Rumah itu terkenal angker, dan tidak ada yang berani mendekatinya, apalagi masuk ke dalamnya. Namun, rasa penasaran sering kali lebih besar daripada rasa takut, terutama bagi Rian, seorang pemuda yang gemar menjelajahi tempat-tempat misterius. Â
Malam itu, Rian memutuskan untuk membuktikan keberaniannya. Dengan senter di tangan dan kamera di leher, ia memasuki rumah tua itu. Ketika pintu kayu yang berat terbuka, suara deritnya menggema, memecah keheningan malam. Di dalamnya, suasana gelap dan pengap menyambut. Â
Rian mulai menjelajahi ruangan demi ruangan. Dindingnya penuh dengan coretan-coretan aneh, seolah-olah seseorang pernah tinggal di sana dalam keadaan terganggu. Di ruangan ketiga, ia menemukan sebuah cermin besar yang sudah pecah di beberapa bagian. Ketika ia mengarahkan senternya ke cermin, seolah-olah ada bayangan yang bergerak di belakangnya. Namun, saat ia menoleh, tidak ada apa-apa. Â
Hatinya mulai berdebar. Tapi Rian tetap melanjutkan. Ia membuka pintu keempat, yang mengarah ke ruang bawah tanah. Tangga kayu yang berderit di bawah berat tubuhnya menambah rasa takut. Saat ia mencapai dasar, bau busuk menyengat hidungnya. Di sana, ia melihat sebuah kursi kayu dengan tali yang melingkar, seperti tempat seseorang pernah diikat. Â
Tiba-tiba, lampu senternya padam. Dalam gelap gulita, ia mendengar suara napas berat di dekatnya. "Siapa di sana?" teriak Rian, mencoba terdengar tegar. Tidak ada jawaban, hanya suara langkah yang mendekat semakin jelas. Â
Dengan panik, Rian meraba-raba mencari tangga. Saat ia berhasil mencapainya, suara itu berubah menjadi tawa pelan yang menyeramkan. Ia berlari sekuat tenaga ke atas, tapi pintu keluar yang tadi ia lewati kini tertutup rapat. Â
Dari sudut matanya, ia melihat sebuah sosok tinggi berjubah hitam berdiri di ruang tamu, menatapnya tanpa wajah. Rian membeku, tubuhnya terasa kaku. Sosok itu perlahan mendekat, sementara lampu di langit-langit rumah tiba-tiba berkedip-kedip, memunculkan bayangan menyeramkan di dinding. Â
Dengan sisa tenaganya, Rian menendang pintu hingga terbuka. Ia berlari keluar tanpa menoleh ke belakang. Setelah keluar dari rumah itu, ia jatuh terduduk di tanah, napasnya tersengal-sengal. Â
Namun, saat ia mencoba berdiri, ia menyadari sesuatu. Kamera yang tadi ia bawa kini menggantung di lehernya, namun lensanya menghadap ke arahnya. Saat memeriksa layar kamera, ia melihat sebuah gambar terakhir yang membuat darahnya membeku---sosok berjubah hitam itu berdiri tepat di belakangnya, dengan tangan terulur, seolah-olah ingin menariknya kembali ke dalam rumah. Â
Rian tidak pernah kembali ke rumah itu. Tapi sejak malam itu, ia selalu merasa diawasi, bahkan di rumahnya sendiri. Apa yang ia temukan di "Rumah Tujuh Pintu" masih menjadi misteri, dan ia berharap tidak akan pernah mengetahuinya. Â