Mohon tunggu...
Dyahfitri Wulandari
Dyahfitri Wulandari Mohon Tunggu... -

sederhana & menghargai setiap detik waktu untuk hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bagaimana Bisa Dirimu Yakin Bahwa Aku Bisa Berlaku Adil?

12 September 2012   08:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:35 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

(saat sebuah tawaran poligami datang menghampiri)

Pertanyaan itu belum juga terjawab, walaupun baru 10 menit terlontar dari bibirku karena aku merasakan 10 menit itu bagai seabad.Perempuan di hadapanku menunduk, entah apakah karena sedang memikirkan jawaban yang tepat atau karena jengah ku pandangi sedemikian rupa.Jari jemarinya memainkan ujung taplak yang menjuntai dari meja.Beberapa kali ku dengar nafasnya terhela, tapi tetap saja dirinya diam.Hening.Bahkan sepertinya angin juga enggan berhembus menunaikan tugasnya.

Kemudian, wajah ayu itu terangkat dan menampakkan senyum yang selama ini selalu kurindukan.Sorot matanya yang teduh sempat menunjukkan ketegasan.

“Abang selalu baik pada Adik dan Adikpun tak pernah menyangsikannya.”

Diam sesaat.

“Dan Adik juga sudah mendapatkan segala sesuatu dari Abang.Ini saatnya Adik harus memberikan sesuatu pada Abang, sesuatu, yang Adik tahu, sangat Abang idam-idamkan.Dan Abang juga tahu, bahwa Adik tak bisa memberikannya.”

“Anak ?We already have each other, don’t we ?”

“Ini sudah Adik pikirkan masak-masak.Ada seorang perempuan yang menurut Adik sangat sepadan dengan Abang.Adik ikhlas jika ia mendampingi Abang dan kemudian melahirkan penerus Abang,” kata perempuan di hadapanku itu seperti tak menganggap apa yang baru saja kutanyakan padanya,”dan Adik juga yakin bahwa Abang akan bisa berlaku adil.”

Sungguh hebat perempuan di hadapanku ini.Tanpa setetes air matapun, dia menyatakan sesuatu yang paling menusuk, yang aku yakin bisa menimbulkan rasa sakit luar biasa di hati setiap perempuan di dunia.Dan jika kau ingin tahu, ia bahkan mengatakannya dengan senyum dan penuh ketegasan.

Ku raih tangan perempuan di hadapanku ini dengan penuh kemesraan.Ku kecup lembut.Tak kuhiraukan matanya yang mulai memerah.Ku kecup keningnya pelan.Satu per satu air mata mulai membasahi pipinya.Dia mulai tergugu sambil menunduk.Perlahan ku angkat dagunya dan kutatap matanya lekat-lekat sambil berkata,

“Jikalaupun Adik ikhlas Abang berbagi hati dan raga dengan yang lain, Abang yang tak ikhlas, Dik.Karena Abang bahkan tak bisa membayangkan sedetik saja jauh darimu.Dan Abang sendiri tak bisa meyakinkan diri Abang bahwa kelak Abang akan berlaku adil jika Abang menerima tawaran Adik.Maafkan Abang, Dik.Ijinkan Abang mencintaimu hanya seorang untuk satu hati Abang dan sepanjang umur Abang.BantuAbang, ya Dik ?”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun