Semakin merasa prihatin dengan makin banyaknya keluhan masyarakat atas ketidakberhasilan mereka menjalin komunikasi yang baik ketika berkonsultasi dengan dokter mengenai suatu penyakit, padahal masyarakat sangat membutuhkan diagnosa, manajemen dan edukasi berisi pengetahuan yang memadai tentang penyakit tersebut.
Tidak hanya keluhan bernada kritikan tapi kadang umpatan muncul dalam berbagai forum media sosial, bagaimanapun dokterlah yang dianggap penyebab terbesar kegagalan dalam komunikasi antara dokter dan pasien.
Cara dan gaya seseorang berkomunikasi memang merupakan karakter dari masing-masing individu,
kita tidak bisa memaksa seseorang yang berkepribadian introvert, untuk dapat membuka dirinya, mengkomunikasikan apa yang ada pada pikirannya, untuk diungkapkan pada orang lain.
Saya memang bukan seorang dokter senior, baru belasan tahun menjalani profesi dokter, dari sekian
kali saya berinteraksi dengan pasien dan keluarganya atau bahkan dengan teman sejawat dokter inilah, saya berusaha menghimpun beberapa catatan-catatan peristiwa inspiratif dalam hubungan dokter-pasien.
1.Waktu, waktu merupakan kunci dari segalanya, seorang dokter yang ramah, komunikatif dan sabar tetapi tidak memiliki banyak waktu, karena pasien yang harus dilayaninya sangat banyak, bisa-bisa berubah menjadi acuh tak acuh demi mengejar target selesainya pasien, biasanya hal ini ditemukan di Rumah Sakit Umum milik Pemerintah di daerah-daerah, karena rasio dokter dengan pasien tidak sebanding, dokter seperti ini biasanya menerapkan standar ganda, ketika punya banyak waktu melayani
dengan ramah, komunikatif dan sabar tetapi sebaliknya jika pasien sangat banyak. Jadi carilah waktu yang tepat, dimana dokter tersebut mempunyai banyak waktu, tidak terganggu panjangnya antrian
pasien lain.
2.Komunikasi yang baik harus berjalan timbal balik sejajar dan seimbang, untuk membentuk komunikasi
yang sejajar dan seimbang diperlukan latar belakang pendidikan yang seimbang, pengalaman pribadi saya sering mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan masyarakat yang berpendidikan dasar saja, yach mungkin ini merupakan kelemahan saya, yang sulit untuk memilihkan rangkaian kata yang tepat untuk memberikan informasi medis pada mereka, bagaimana caranya menjelaskan suatu penyakit autoimun pada mereka, apakah cukup dengan kalimat sederhana penyakit yang menyerang pertahanan tubuh sendiri. Lebih mudah melakukan komunikasi pada masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi, apalagi yang memiliki hobi menjelajah dunia maya, dengan merekalah komunikasi sejajar dengan mudah berjalan. Bekali diri dengan informasi mengenai penyakit yang diderita sebelum ke dokter dapat dijadikan kunci sukses berkomunikasi dengan dokter.
3.Kejujuran merupakan salah satu faktor keberhasilan komunikasi antara dokter pasien, dokter dan pasien harus sama-sama jujur, pasien tidak boleh menutupi kondisinya begitu juga dokter harus jujur memberikan pengetahuan yang dimilikinya.
4.Saling percaya, dokter dan pasien harus memiliki rasa saling percaya. Ketika saya baru beberapa
tahun menjalani profesi dokter dalam usia yang relatif muda, pernah mendapatkan pengalaman yang tidakmengenakkan, seorang pasien yang baru masuk ke ruang periksa, memperlihatkan ekspresi kaget ketika melihat dokter yang ditujunya berwajah imut, masih muda belia, bapak tersebut langsung menanyakan usia saya, alumni mana? dan lulus dokter tahun berapa? sebelum saya sempat menanyakan keluhannya, mungkin dalam hati bapak itu, wach mana bisa saya percaya dengan dokter dibawah umur yang sangat kurang pengalaman, tetapi tidak bermaksud menyombongkan diri akhirnya bapak tersebut mempercayai saya dan kita dapat menjalin komunikasi yang baik.
5.Tidak saling meremehkan, dokter harus menghargai pasien dan pasien harus menghargai dokter. Siapapun dokternya tidak boleh meremehkan pasien walaupun pasien miskin yang dibiayai oleh negara sekalipun, begitu juga sebaliknya pasien seorang pejabat negara sekalipun atau seorang konglomerat juga tidak boleh meremehkan dokter. Saya memang sering kali tidak enak hati ketika mendapatkan pasien yang seorang pejabat pemerintahan, menganggap dokter adalah bawahannya karena saya dokter yang bekerja di instansi pemerintah, maaf saja pak, saya profesional, dalam hubungan dokter-pasien saya bukan bawahan bapak.
Semoga beberapa kiat diatas dapat bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H