Mohon tunggu...
Dyah Ayu Puspagarini
Dyah Ayu Puspagarini Mohon Tunggu... -

learn, think, act

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mari Menghargai

23 Maret 2015   20:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:11 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa waktu yang lalu, saya yang seorang pengguna kendaraan umum, kebetulan berada di satu kendaraan umum yang sama dengan seorang wanita. Wanita itu awalnya kelihatan biasa saja, namun saat ia hendak turun dari kendaraan umum, baru terlihat bahwa ia adalah seorang yang menyandang cacat fisik. Saya tidak tahu istilah medis untuk keadaannya saat itu, namun yang saya lihat sepintas, salah satu pergelangan kakinya tertekuk ke dalam dan menyebabkan ia kesulitan saat berjalan. Ia terlihat begitu kesulitan ketika akan turun dari kendaraan umum yang cukup tinggi jaraknya dengan jalan raya.

Di lain cerita, saat saya hendak berangkat ke kampus pada suatu hari yang lain, saya menemui pengendara motor yang berhenti saat lampu merah di bagian zebra cross. Padahal zebra cross adalah tempat bagi pejalan kaki yang ingin menyeberang. Dengan berhentinya pengendara motor itu di zebra cross, tentu akan menyulitkan pejalan kaki yang akan menyeberang.

Sebenarnya dua hal yang saya ceritakan tersebut terlihat tidak ada hubungannya. Namun menurut saya, kedua cerita tersebut dapat dihubungkan oleh sebuah kata. Yaitu, menghargai. Kok bisa?

Menghargai sebenarnya adalah hal yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Namun, menurut saya sendiri, bersikap dan berlaku menghargai orang lain, tidak semudah seperti mengucapkannya. Menghargai berarti kita menghormati atau mengindahkan terhadap sesuatu. Lawan dari menghargai itu adalah meremehkan. Meremehkan berarti menganggap sesuatu itu rendah atau tidak penting

Bagaimana kedua kejadian di atas dihubungkan dengan kata menghargai? Untuk kejadian pertama, saya melihat tidak ada rasa menghargai bagi penyandang cacat fisik. Hak-hak mereka untuk hidup secara mandiri tidak dianggap penting oleh orang lain. Dalam hal ini bisa diartikan oleh pemerintah daerah yang sampai saat ini hampir di seluruh Indonesia, mungkin kecuali untuk beberapa kota, saya belum melihat keinginannya untuk menghargai dan memperhatikan hak-hak penyandang cacat fisik dengan menyediakan fasilitas-fasilitas umum yang memudahkan kehidupan mereka. Padahal kalau kita melihat di luar negeri, fasilitas umum bagi penyandang cacat fisik sudah banyak diberlakukan.

Sementara untuk kasus kedua, berarti pengendara motor itu tidak menghargai hak pejalan kaki yang akan menyeberang. Hak pejalan kaki untuk menyeberang dengan aman dan nyaman di jalan raya. Selain di zebra cross, kita juga sering melihat hak-hak pejalan kaki tidak dihargai di jembatan penyeberangan jalan. Di jembatan penyeberangan jalan, banyak orang yang berjualan bahkan kadang kita menemui pengendara motor yang ikut “menyeberang” di jembatan penyeberangan yang seharusnya khusus bagi pejalan kaki.

Berbagai masalah yang semakin ruwet di negeri ini, mungkin bersumber pada satu hal. Sikap menghargai yang semakin luntur di sebagian, bahkan mungkin hampir di seluruh masyarakat kita. Bila semakin banyak kasus narkoba yang menjerat masyarakat negeri ini, berarti para pengguna, pengedar, dan penjual narkoba itu tidak bisa menghargai kesehatan fisik dan jiwa orang lain, atau bahkan dirinya sendiri. Bila semakin banyak hutan yang ditebang dan kerusakan lingkungan terjadi, itu berarti kita tidak menghargai alam. Bila semakin banyak berita mengenai kekerasan antar umat beragama, berarti kita belum bisa menghargai antar satu umat beragama dengan umat beragama yang lain. Bila kita, atau dalam hal ini pemerintah, belum bisa menyediakan fasilitas umum yang layak, aman dan nyaman bagi penyandang cacat di negeri ini, berarti kita belum bisa menghargai hak-hak mereka. Bila semakin banyak kasus korupsi yang dilakukan oleh para pejabat negeri ini, berarti mereka belum bisa menghargai hak-hak orang lain, karena mereka tidak merasa bersalah telah mengambil hak-hak orang lain itu dengan jalan yang tidak benar. Dan masih banyak contoh sikap yang kurang menghargai di kehidupan sekitar kita.

Sikap menghargai bisa kita mulai pada diri kita sendiri. Mulai dengan menghargai diri sendiri, dengan selalu menjaga kesehatan jiwa dan raga diri sendiri. Lalu dengan melakukan penghargaan terhaadap hal-hal kecil lain, seperti menghargai waktu, menghargai pendapat orang lain, dan menghargai hal-hal kecil lain. Lalu dari situ, kita bisa mengembangkannya ke sikap yang lebih luas, yaitu penghargaan terhadap alam dan penghargaan bagi negeri kita sendiri. Kemudian, dari situ kita dapat menghargai hidup yang kita miliiki

Saya sendiri, seperti saya bilang di awal, masih sulit untuk menghargai sesuatu. Saya sulit dalam menghargai waktu, seperti dengan datang terlambat atau menghabiskan waktu untuk hal yang kadang tidak bermanfaat. Saya juga masih kurang menghargai produk-produk dalam negeri, karena buktinya saya lebih bangga menggunakan produk-produk dari negara lain.

Saya dan Anda semua pasti butuh proses untuk belajar menghargai sesuatu. Namun setidaknya tumbuhkan itikad baik untuk dapat menghargai sesuatu, walau kelihatannya hal tersebut adalah hal yang kecil dan tidak penting. Mungkin hal yang kecil dan tidak penting tersebut adalah sesuatu yang besar dan berguna bagi orang lain. Mari kita meluangkan waktu untuk belajar menghargai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun