Mohon tunggu...
Dyah Ayu Agustina
Dyah Ayu Agustina Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Perempuan 24 tahun penyuka kopi tapi bukan penikmat senja. Sedang dalam perjalanan menemukan tujuan hidupnya dengan rajin mengutarakan perasaan dan pikiran dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjamuan Rindu

16 Juni 2021   11:56 Diperbarui: 16 Juni 2021   12:18 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
emirdzanan | Motion Array

Tidak ada kata yang lebih bening untuk menggambarkan kebahagiaan bertemu dengan orang yang telah lama dirindukan. Tidak ada satu menit engkau datang. Mengetukku, membuka pintu kerinduan yang telah lama tak ku hiraukan.

Wajahmu kala itu adalah versi terbaik dalam hidupmu. Wajah yang paling bersinar semenjak aku melihatmu semasa hidupku. Senyum paling melelehkan hatiku.

Tak kusangka dapat kusentuh lagi kulitmu. Kerutan itu masih ada. Hitam legam tanganmu yang termakan waktu. Di sana tampak kelelahan yang ketara saat kerutan itu menunjukkan banyaknya tangan yang kau bantu untuk bangun. Kuatnya cengkeram tanganmu yang selamatkan banyak orang dari kesulitan.

Terima kasih telah memberitahuku bahwa kau bahagia di sana.

Terima kasih telah yakinkan aku bahwa doa-doaku untuk keselamatanmu sampai.

Terima kasih telah pinjamkan senyummu itu untuk sementara kupakai untuk hari-hari suramku.

Terima kasih telah hadir dalam malam panjangku.

Semoga kau datang lagi ya. Jangan pernah malu untuk mengetukku terlebih dahulu. Karena kau mungkin tak tahu, bahwa anakmu ini berhati keras seperti berlian. Berlian yang hanya bisa dipecahkan oleh sesamanya. Dan saat ini aku belum temukan berlian itu. Semoga kau bisa membantuku menemukannya ya. Hanya bisikan saja caranya padaku. Aku ini anak pintar. Aku pasti akan tahu setiap sandi pemecah keegoisan diri. Jadi pastikan kau ajari aku.

Selamat berpulang kembali ke duniamu saat ini.

Terbanglah dengan sayapmu yang putih bersih tak bernoda itu

Turunlah sekali-kali ke bumi jika kau ingin kembali melihat parasku.

Maaf, sepertinya aku belum dapat menggapaimu. Aku tak punya sayap untuk menjengukmu ke alam suci itu. Terlalu tinggi hingga aku tak sanggup melihatnya dari bawah sini. Tapi keyakinanku selalu kembali pada perjamuan kita yang tak aka nada habisnya suatu saat nanti. Ketika bidadari-bidadari berlalu lalang tak berhenti. Ketika nafsu hilang bersama debu. Aku akan berusaha semampuku untuk sampai ke tempatmu.

Aku berjanji kita akan bertemu lagi.

Tak akan lama lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun